Menganalisis proses kerja pembuatan prototype produk barang/jasa - Melalui
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Project Based
Learning (PBL) dan metode diskusi, peserta didik dapat menentukan produk yang
akan dibuat atau ditawarkan kepada konsumen, menjelaskan prototipe, membuat
prototipe berdasarkan tahapan proses pembuatan prototipe dengan rasa ingin
tahu, kreatif, dan mandiri.
Gambar 6-1 Prototyping |
Perkembangan perdagangan di Indonesia saat ini semakin pesat, munculnya
berbagai jenis produk barang atau jasa yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen. Dari produk yang kecil sampai produk yang
berteknoologi canggih. Namun sayangnya, produk produk-produk tersebut masih
didominasi oleh produk-produk dari negara lain.
Menganalisis proses kerja pembuatan prototype produk barang/jasa
Kejelian dalam melihat peluang usaha dan melihat kebutuhan serta keinginan
pasar yang ada dapat memberikan inspirasi dalam memilih produk apa yang akan
dibuat atau ditawarkan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan
tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha untuk dapat memilih produk apa
yang akan djual atau ditawarkan kepada konsumen. Selain itu, kemampuan dalam
berinovasi dan berkreasi sangat dibutuhkan dalam prosesnya.
Setelah seorang wirausaha menentukan produk yang akan dibuat atau
ditawarkannya, proses selanjutnya adalah pembuatan prototipe yang menjadi
model awal sebuah produk sebelum produk tersebut diproduksi dan dijual atau
ditawarkan ke pasaran. Pembuatan prototipe tersebut membutuhkan beberapa
tahapan dan proses yang membutuhkan kejelian, kreatifitas, inovasi dan
kemampuan wirausahawan dalam beradaptasi dengan perkembangan teknologi saat
ini.
Pada bab ini akan dijelaskan pengertian prototipe dan produk, proses pembuatan
prototipe produk degan konsep berpikir desain, siklus hidup produk dan
pengembangan produk.
A. Pengertian Prototipe
Prototipe merupakan model dari suatu produk barang atas jasa yang akan dibuat.
Prototipe sebuah produk memperlihatkan desain produk serta fungsi dari model
produk tersebut, sebelum diproduksi. Dalam tahap perancangan model produk atau
prototipe, banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh seorang wirausaha.
Hal itu karena keputusan dalam perancangan prototipe yang akan dibuat akan
mempergaruhi kegiatan lain yang akan dilakukan. Oleh karena itu, keahlian
merancang sangat diperlukan oleh seorang wirausaha.
Kita bisa menganalisa kegiatan perancangan model produk atau prototipe
berdasarkan 4 dimensi, yaitu sebagai berikut.
1. Dimensi Representasi
Dimensi representasi berarti menggambarkan bentuk prototipe atau
memperesentasikan gambar kerja ke dalam bentuk nyata bias visual atau tulisan,
misalnya, kumpulan kertas, sketsa, atau simulasi komputer. Dalam dimensi ini
seroang wirausaha dapat melakukan pertimbangan-pertimbangan seeprti pemilihan
tempat produksi dan perhitungan biaya produksi.
2. Dimensi Presisi
Prototipe yang dibuat harus sama persis dengan produk asli yang ingin
diproduksi. Agar sesuai dengan produk aslinya, maka pada proses pembuatan
prototipe harus memiliki tingkat keterlitian yang tinggi. Dimensi presisi
dalam pembuatan prototipe terdiri dari informal, kasar atau halus. Pada
dimensi ini seorang wirasuaha ditantang untuk dapat menggambarkan secara
detail produk barang atau jasa yang akan dibuatnya.
3. Dimensi Interaktif
Dimensi interaktif menggambarkan sejauh mana kemampuan prototipe yang dibuat
oleh seorang wirausaha untuk berhubungan dengan kosnumen. Dalam dimensi ini,
seorang wirausaha dapat melakukan sebuah uji coba produk dengan cara meminta
bebeapa konsumen untuk mencoba produk yang dibuat dan meminta pendapat atau
testimoni dari produk yang kita buat. Proses ini dilakukan pada awal sebelum
produk dijual secara luas.
4. Dimensi Evolusi
Pada dimensi ini, prototipe yang dibuat harus dapat memprediksi apakah produk
yang nanti dihasilkan memiliki daur hidup yang lama atau tidak.
B. Tahapan Pembuatan Prototipe (Protoyping)
Proses pembuatan prorotipe produk disebut prototyping. Tujuan dari proses ini
adalah untuk menguji konsep prototipe produk yang akan dibuat sehingga seorang
wirausaha dapat mengetahui kelemahan dan keunggulan dari produk yang akan
ditawarkan kepada konsumen sebelum masuk tahap produksi. Adapun tahap-tahap
proses pembuatan produk (Prototyping) adalah sebagai berikut.
1. Emphatize (tahap empati)
Pada tahap ini, seorang wirausaha melakukan penelitian untukmendapatkan
informasi dan mengidentifikasi mengenai apa yang konsumen lakukan, katakan,
pikirkan, dan rasakan. Tujuannya adalah mengumpulkan informasi yang cukup,
sehingga seroang wirausaha dapat benar-benar mengetahui apa yang konsumen
butuhkan dan inginkan.
2. Define (mendefinisikan)
Tahap ini adalah proses penggabungan hasil penelitian berupa informasi
mengenai apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Dalam proses ini,
data dan informasi yang dikumpulkan dari tahap empati digunakan untuk
menggambarkan atau mendefinisikan kebutuhan dan keinginnan konsumen sehingga
wirausawan dapat merancang prototipe yang sesuai. Selain itu, pada tahap ini
peluang untuk melalukan inovasi terhadap prototipe sangat besar.
3. Ideat (mewujudkan)
Pada tahap ini, soerang wirausaha melakukan Brainstorm berbagai ide gila dan
kreatif yang menjawab kebutuhan pengguna yang tidak terpenuhi yang
diidentifikasi dalam tahap define. Kumpulkan semua bidang dan mintalah semua
anggota tim untuk membuat sketsa atau formulasi atau resep atau gambaran serta
gagasan sesuai dengan ide mereka sendiri mengenai produk yang akan ditawarkan
kepada konsumen. Kemudian gabungkan semua gagasan atau ide yang terkumpul dan
diskusikan bersama serta sepakati ide atau gagasan mana yang akan digunakan
dalam membuat prototipe.
4. Membuat prototipe
Proses pembuatan prototipe merupakan proses mewujudkan ide dan gagasan yang
disepakati pada tahap ideat (jika merupakan usah yang dibuat oleh lebih dari
satu orang/ tim). Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengetahui apakah gagasan
atau ide yang diwujudkan menjadi prototipe layak atau tidak untuk dipasarkan.
Prototipe yang telah dibuat kemudian diuji secara internal (tim), kemudian
petakan dalam sebuah diagram kasus kelemahan dan keunggulan produk berdasarkan
hasil pengujian secara internal. Jika ada kelemahan maka diperbaiki sebelum
diujikan kepada konsumen yang menjadi target pasar kita.
5. Test (pengujian)
Pada tahap ini ptototipe yang telah dibuat dan diuji secara internal, kemudian
diuji kembali ke konsumen yang menjadi target pasar dari produk kita.
Kumpulkan semua data dan informasi mengenai kelemahan dan keunggulan produk
dari konsumen, kemudian petakan semua data dan informasi tersebut ke dalam
diagram kasus sehingga memudahkan wirausahawan untuk memperbaiki ptototipe
yang telah dibuat. Selanjutnya adalah proses mengubah atau memperbaiki
prototipe berdasarkan diagram kasus yang telah dibuat dan sesuaikan dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen.
6. Implemetation (penerapan)
Tahap ini merupakan tahap terpenting dari proses prototyping, karena
penggabungan dari visi dan misi yang kita buat dengan kebutuhan data keinginan
konsumen. Pada tahap ini suatu produk dikatakan berhasil atau sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan dari konsumen apabila hasil penjualannya bagus dan
usaha yang dijalankan berkembang dengan baik serta dapat mengubah kehidupan
konsumen.
Gambar 6-2 Tahapan Pototyping |
Gambar 6-3 Contoh Proses Pembuatan Prototipe |
C. Pengertian Produk
Produk adalah barang yang ditawarkan untuk dijual dengan tujuan memenuhi
kebutuhan konsumen. Suatu produk dapat berupa layanan atau item. Ini bisa
berbentuk fisik atau virtual atau cyber. Setiap produk dibuat dengan biaya dan
masing-masing dijual dengan harga tertentu. Beberapa aspek yang harus
diperhatikan dalam sebuah produk adalah produk apa yang akan dibuat, bagaimana
kemasannya, apa mereknya, warna yang akan digunakan, label produk, harga
jualnya, kualitasnya, pelayanan, dan jaminan.
Saat ini produk-produk yang berada di masyarakat sangat beragam, keberagaman
produk tersebut sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang
menginginkan segala sesuatunya lebih praktis. Selain itu, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga sangat mempengaruhi keberagaman produk saat
ini.
Seorang wirausaha harus mampu melihat peluang usaha yang ada di lingkungan
sekitar, sehingga proses pemilihan produk usaha sesuai dengan tren dan selera
masyarakat saat ini. Dalam pemilihan produk alangkah lebih baiknya seorang
wirsusaha melakukan studi kelayakan usaha terlebih dahulu agar terhindar dari
kerugian dan kegagalan dalam menjalankan usahanya.
Selain itu, beberapa prinsip dalam pembuatan produk, di antaranya sebagai
berikut.
- Suatu produk harus relevan, artinya sesuai dengan tujuan dan fungsi dari produk itu dibuat. Kesesuaian fungsi dan tujuan produk dibuat dapat menggambarkan kualitas produk tersebut.
- Suatu produk perlu dikomunikasikan, ini berarti sebuah produk harus dikenalkan terlebih dahulu kepada konsumen. Konsumen harus dapat merasakan manfaat dari produk tersebut dan mengetahui perbedaannya dengan produk-produk lainnya. Periklanan dan 'pembangunan merek' sebaiknya dilakukan.
- Suatu produk membutuhkan nama, nama yang mudah diingat dan dihubungkan orang. Produk dengan nama menjadi merek, dengan adanya merek dapat membantu produk untuk bersaing dengan produk-produk lainnya.
- Suatu produk harus dapat beradaptasi, artinya produk yang dibuat dapat menyesuaikan diri dengan tren, waktu dan perubahan dari segmen pasar yang ada, sehingga dapat membuatnya lebih relevan dan mempertahankan aliran pendapatannya.
Secara umum produk dapat dibagi 2, yaitu sebagai berikut.
1. Produk Barang
Produk barang adalah produk berupa benda yang dapat dilihat, disentuh, dirasa,
dipegang, dan disimpan. Berdasarkan daya tahannya, barang terdiri dari 2
macam, yaitu sebagai berikut.
- Barang tahan lama (durable goods). Merupakan barang yang dapat tidak mudah habis, artinya memiliki masa penggunaan yang lama atau memiliki jangka usia ekonominya satu tahun atau lebih. Contoh, microwave dan setrika.
- Bahan tidak tahan lama (non durable goods) atau sering disebut juga barang habis pakai, artinya dapat dipakai hanya satu kali atau memiliki jangka usia ekonominya kurang dari satu tahun. Contoh, sikat gigi dan sampo.
2. Produk jasa
Jasa adalah pelayanan yang ditawarkan dan dijual untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Berbeda dengan produk barang, produkm jasa tidak menyebabkan
kepemilikan oleh konsumen yang menggunakannya. Produk jasa dapat berupa produk
fisik maupun tidak. Dalam memilih produk jasa yang akan ditawarkan kepada
konsumen, hal yang pertama dapat dilakukan adalah menggali informasi dari
konsumen dan segmen pasar mengenai jasa yang sedang diminati dan dibutuhkan
saat ini. Sehingga, pemilihan produk jasa sebagai produk usaha yang akan
jalankan dapat lebih tepat sasaran.
D. Siklus Hidup Produk
Sama halnya dengan manusia, sebuah produk pun memiliki masa hidupnya atau
tahapan hidupnya dalam sebuah bisnis. Tahapan itu dikenal dengan istilah
Product Life Cycle (daur hidup produk), tahapn ini dimulai dari produk itu
lahir, tumbuh (dikenal pasar), dewasa dan akhirnya mengalami penurunan lalu
mati.
Gambar 6-4 Kurva Daur Hidup Produk |
Siklus hidup produk memberi gambaran untuk seorang wirausahawan dalam
mengambil keputusan apakah produk yang dibuat atau ditawarkan akan dilanjutkan
atau tidak, kapan harus berinovasi dalam megembangkan produk baru dan
memperkenalkannya. Mati dan hidupnya sebuah produk dalam sebuah bisnis
tergantung dari kejelian dan kemampuan sorang wirausaha dalam melihat
kebutuhan dan keinginan pasar. Pada umumnya, tahapan siklus hidup sebuah
produk dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Tahap Pengenalan Siklus Hidup Produk
Tahap ini adalah tahap pertama yang terjadi segera setelah produk diproduksi
dan siap untuk dijual. Selama tahap ini, keuntungan yang diperoleh rendah atau
bahkan tidak ada karena seorang wirausaha perlu mengeluarkan uang
mempromosikan dan memeprkenalkan produk yang dibuat atau ditawarkan. Hal
tersebut menyebabkan biaya pemasaran menjadi lebih besar daripada keuntungan
yang diperoleh. Selain itu, wirusahawan juga mungkin harus mengeluarkan biaya
untuk mempublikasikan produk ke distributor dan pengecer.
2. Tahap Pertumbuhan Siklus Hidup Produk
Jika tahap pengenalan produk pada siklus hidup produk berhasil, produk akan
pindah ke tahap pertumbuhan. Pada titik ini, produk sudah disimpan oleh
pengecer dan konsumen sudah mulai membelinya. Selama tahap pertumbuhan,
terdapat peningkatan keuntungan yang diperoleh wirausahawan, karena adanya
peningkatan penjualan produk dan biaya produksi serta biaya promosi produk per
unit yang terjual. Tantangan bagi wirusahawan pada tahap ini adalah bagaimana
mempertahankan produk dalam tahap pertumbuhan selama mungkin dan ini dapat
melibatkan rencana untuk melakukan peningkatan produk baik jumlah ataupun
kualitasnya atau memeprsiapkan produk untuk memasuki pasar baru.
3. Tahap Kematangan Siklus Hidup Produk
Pertumbuhan penjualan produk yang cepat tidak akan berlangsung selamanya,
sehingga suklis hidup produk akan pindah ke tahap ketiga yaitu tahap
kematangan. Pada tahap kematangan siklus hidup produk, penjualan melambat
karena penjualan produk telah mencapai puncaknya. Pada tahap ini seorang
wirausaha harus mulai membuat strategi pemasaran untuk mencoba dan
meningkatkan penjualan seperti pengurangan harga dan pengurangan biaya promosi
tambahan. Dalam proses ini, memerlukan biaya yang cukup mahal, sehingga
cenderung menurunkan laba yang didapatkan, karena untuk menutupi biaya promosi
pada saat memasuki pasar baru.
4. Tahap Penurunan Siklus Hidup Produk
Tahap penurunan adalah tahap akhir dari siklus hidup produk. Pada tahap ini,
terjadi penurunan penjualan dan keuntungan. Selama tahap penurunan, seorang
wirausaha harus mulai membuat perencanaan dalam pengembangan produk dan
mencoba strategi pemsaran yang lebih efektif serta efesien dalam meningkatkan
penjualan.
Banyak produk akan melewati setiap tahap siklus hidup produk, kecuali untuk
produk mode atau gaya seperti produk pakaian, kerudung dan sebagainya yang
akan memiliki kurva siklus hidup produk berbeda. Pada tiga katagori produk
ini, yaitu fashion, gaya, dan mode memiliki masa pakai yang sangat singkat
atau tetap dalam tahap kematangan dan tidak berlanjut ke tahap penurunan.
Alasannya adalah sebagai berikut.
- Pada katagori produk gaya seperti gaya layar sentuh pada ponsel akan bertahan hingga gaya teknologi baru muncul. Jadi bentuk siklus hidup produk gaya seperti gelombang, ketika satu gaya memudar, yang lain muncul.
- Pada katagori fesyen memiliki siklus hidup produk yang panjang atau pendek. Tren pakaian tertentu bertahan untuk waktu yang singkat dan siklus hidup produk akan menurun sangat cepat, sementara yang lain akan menurun perlahan atau bahkan berubah menjadi apa yang dikenal sebagai siklus hidup produk klasik abadi.
- Katagori produk mode adalah produk yang ada untuk waktu yang singkat dan dihasilkan oleh hype atau saat ini sering disebut yang sedang viral atau in. Untuk produk katagori ini, tahap penjualan akan sangat cepat mencapai puncak namun sangat singkat. Namun, terkadang produk mode dapat mengikuti siklus hidup produk standar tetapi mengalami tahap penjualan yang luar biasa tinggi jika dibandingkan dengan produk lainnya.
E. Pengembangan Produk
Mengapa harus melakukan pengembangan produk baru dalam sebuah bisnis? Setiap
bisnis perlu berinovasi dalam perkembangannya agar tetap unggul dalam
persaingan. Tidak ada bisnis yang dapat terus menawarkan produk yang sama atau
tidak berubah sama sekali. Jika hal terseebut terjadi maka penjualan dan laba
akan mengalami penurunan. Diagram di bawah ini menggambarkan alasan mengapa
seorang wirusaha harus mengembangkan produk baru.
Gambar 6-5 Diagram Alasan Pengembangan Produk Baru |
Pada diagram di atas, dapat dilihat beberapa alasan mengapa harus dilakukan
pengembangan produk baru. Beberapa alasan tersebut, di antaranya sebagai
berikut.
1. Kebutuhan dan Keinginan Konsumen Berubah
"Kebutuhan dan keinginan" konsumen terus berubah. Seorang wirausaha harus
dapat menanggapi perubahan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui
pengembangan produk yang ditawarkan. Jika tidak, konsumen akan beralih ke
produk pesaing yang memuaskan "kebutuhan dan keinginan" mereka. Misalnya
konsumen menjadi lebih sadar kesehatan, ini memaksa perusahaan untuk
memperkenalkan produk-produk rendah gula, garam dan lemak. Coca-Cola Zero yang
tidak mengandung gula adalah contoh klasik dari pengembangan produk baru
meskipun jajaran produk Coca-Cola yang ada sudah mengandung diet coke. Baik
diet Coke dan Coca-Cola Zero tidak mengandung gula tetapi rasanya berbeda.
2. Produk mencapai akhir dari siklus hidup produknya
Produk yang berada pada tahap akhir siklus hidupnya, harus mulai diperbaharui
dengan berbagai inovasi. Sehingga produk dapat kembali hidup dan dapat memulai
siklus hidupnya yang baru. Misalnya, Microsoft melakukan pengembangan produk
dari Xbox ke Xbox 360 dan sekarang edisi terbatas Xbox 360 memungkinkan
Microsoft untuk me-refresh produk melalui perubahan kecil.
3. Produk berada pada tahap kematangan siklus hidup produk
Produk yang sedang berada pada tahap kematangan siklus hidup perlu modifikasi
untuk merangsang peningkatan penjualan. Misalnya, dengan menambahkan beberapa
fitur pada sebuah ponsel atau memberikan corak tambahan dan aksesoris tambahan
pada produk yang akan ditawarakan dan lain sebagainya.
4. Perubahan Lingkungan
Adanya perubahan lingkungan yang ingin dimanfaatkan oleh wirausahawan.
Perkembangan teknologi khususnya pada jaringan internet memungkinkan
wirusahawan untuk memperkenalkan produknya melalui media sosial, memasarkannya
melalu marketplace, memasarkannya secara langsung ataupun membuat konten di
situs you tube untuk mempromosikannya dan lain sebagainya. Perubahan-perubahan
lingkungna teresbutlah yang dimanfaatkan sehingga dengan adanya perubahan
lingkungn tersebut wirausahawan harus mampu mengembangkan produk untuk
mengimbanginya.
5. Pesaing
Pesaing dapat memaksakan perubahan. Misalnya, di pasar teknologi seperti
gadget, di mana terus menerus muncul produk baru dan terusmenerus
diperkenalkan ke pasar sasaran yang menerima perubahan dan inovasi. Konsumen
teknologi tidak takut untuk mencoba produk baru, bahkan mereka sering
menginginkan gadget terbaru untuk diperlihatkan kepada teman dan kolega. Jika
suatu produk berhasil maka pesaing akan berusaha mengembangkan produk serupa.
Bahkan Google mengatakan bahwa mereka mengembangkan sistem operasi Android
untuk mencegah pasar teknologi untuk produk-produk seperti ponsel dan tablet
yang didominasi oleh satu pemasok.
6. Semua Produk Mengalami Masalah
Masalah-masalah yang dihadapi dalam berwirausaha, seperti penjualan yang buruk
atau mendapatkan reputasi negatif dari konsumen. Menandakan harus ada
pengembangan produk dengan berinovasi pada produk yang ada atau memuncukkan
produk lain yang memiliki keunggulan berbeda dengan produk yang sebelumnya.
Keunggulan produk baru dapat mengurangi reputasi negatif. Jika berhasil, maka
akan meningkatkan penjualan dan keuntungan bagi wirusahawan. Proses
pengembangan produk baru bagi sebuah usaha atau bisnis sangatlah penting
karena dapat membantu wirausahwan untuk dapat berkompetisi atau bersaing serta
unggul dibandingkan pesaing yang ada. Jika pengembangan produk tidak
dilakukan, maka pesaing akan mencuri semua pelanggan dan konsumen yang menjadi
segmen pasar kita.
Tahapan Desain Sprint
Dalam pembuatan startup baru atau memulai suatu bisnis, ada tahapan atau
metode lain yang dapat digunakan selain tahapan dengan desain thingking.
Tahapan tersebut adalah desain sprint.
Gambar 6-6 Tahapan Desain Sprint |
Design thingking, berkembang sebelum desain sprint. Desain thingking
dikembangkan oleh David Kelley dan Tim Brown sebagai pendiri IDEO. Namun
saat ini, banyak yang berpendapat jika desain sprint lebih efektif dan
efisien dibandingkan design thingking.
Karena pembuatan yang lebih cepat dan sederhana, Design sprint dianggap
merupakan versi praktis dari design thingking. Design thingking merupakan
sebuah mindset atau pola pikir yang lebih mengutamakan konsumen dalam proses
pengembangan produk maupun dalam proses inovasi produk.
Design sprint yang dikenalkan oleh Jake Knapp adalah tahap-tahap dalam
memunculkan inovasi dengan menggunakan prinsip dari design thingking.
Perbedaan antara keduanya terdapat pada aspek yang menjadi fokus pembahasan.
Apabila design thingking lebih fokus kepada informasi-informasi secara
kualitatif sedangkan Design sprint lebih fokus kepada solusi nyata yang
diciptakan dalam waktu singkat. Selain itu, perbedaan keduanya terdapat pada
kekuatan utama yang dihadirkan.
Design thingking memiliki teknik-teknik metodologi yang mendalam sebagai
kekuatan utamanya, namun memerlukan waktu yang cukup lama dalam membuatnya.
Sedangkan Design sprint kekuatan utamanya adalah adanya proses berbagi ide
dan pandangan, pembuatan prototipe, dan pengujian prototipe yang semuanya
itu dilakukan dalam waktu 5 hari saja.
Contoh kasus yang dapat dijadikan gambaran perbedaan antara design thingking
dan Design sprint adalah Rina mendirikan sebuah warung piza, jika warung
lain membuat piza dengan waktu 30 menit, sedangkan Rina mampu membuat piza
hanya dalam waktu 10 menit saja dengan teknik tertentu.
Pada contoh di atas, Rina telah menerapkan design thingking pada saat
membuka warung piza, tetapi ketrika Rina dapat membuat piza lebih cepat,
maka Rina telah menerapkan design sprint. Jadi jika design thingking lebih
fokus bagaimnaa membangun bisnis, seperti menyiapkan modal, menyiapkan alat
dan bahan, dan sebagainya, sedangkan Design sprint lebih forkus kepada resep
atau cara-cara pembuatan produknya.
Kesimpulannya adalah design thinking merupakan dasar dalam berinovasi,
sedangkan design sprint adalah metode yang paling inovatif untuk
mengaplikasikannya secara sistematis.
Desain Sprint
Design sprint terdiri dari lima tahap yang bertujuan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan penting dari sebuah perencanaan bisnis atau usaha.
Selama lima hari, setiap anggota bekerja secara tim dan melakukan diskusi di
mana setiap anggota diberi kebebasan dalam mengungkapkan gagasan dan
ide-idenya, yang pada akhirnya akan digunakan dalam proyek bisnis yang akan
dijalankan. Design sprint dapat digunakan kapan pun jika perusahaan
membutuhkannya. Misalnya, di awal memulai bisnis atau usaha, pada saat
perusahaan menghadapi hambatan bisnis, dan pada saat perusahaan ingin
meningkatkan kekuatan internal perusahaan agar mencapi target yang
diinginkan.
Cara Kerja Design Sprint
Pada proses Design sprint diperlukan beberapa perlengkapan untuk melakukan
diskusi tim, di antaranya, Sticky Notes, Voting Dot Stickers (Kumpulan
sticker warna-warni yang bisa jadi penanda pilihan voting), Alat Tulis, dan
Buku Catatan, stabilo, papan tulis, dan spidol warna warni. Selain itu, hal
yang harus diperhatikan adalah penentuan lokasi atau tempat untuk dilakukan
diskusi tersebut. Lokasi atau tempat yang dipilih adalah tempat yang
kondusif, nyaman, tidak ramai. Sehingga, setiap anggota tim tidak terpecah
konsentrasinya pada saat melakukan diskusi. Jadi, suasana pada saat diskusi
harus dibuat serius tapi santai.
Beberapa aturan yang harus dipahami sebelum dilakukan proses design sprint.
- Adanya Team Leader yang disebut sebagai Sprint Master.
- Sprint Master tidak harus CEO atau pimpinan perusahaan atau manager,
- tetapi orang yang mampu memimpin diskusi.
- Setidaknya harus ada 3 orang atau lebih dalam proses diskusi Design sprint.
- Sprint Master yang akan membuat keputusan dari ide dan gagasan yang diutarakan setiap masing-masing anggota tim.
Jika semua telah siap, selanjutnya mulai melakukan lima tahapan dalam design
sprint, yaitu sebagai berikut.
Hari Pertama:
Pahami (Understanding) Pada tahap ini yang dilakukan adalah proses memahami
komponen masalah pada proyek bisnis yang akan dijalankan. Seluruh komponen
tersebut termasuk business goals atau tujuan dari bisnis, siapa
stakeholdernya atau penanggung jawabnya, bagaimana kebutuhan konsumen, dan
kekuatan apa yang dimiliki perusahaan. Miaslnya, perusahaan yang bergerak di
bidang percetakan harus memiliki kapasitas atau kemampuan teknologi
percetakan yang canggih.
Strategi bisnis yang akan dijalnkan perusahaan perlu dipahami secara
menyeluruh dan mendalam megenai bisnis atau usaha apa yang akan dijalankan.
Masing-masing anggota tim perlu memahami yang mereka kerjakan dan
mendapatkan feed back dari apa yang telah mereka kerjakan. Hal yang sama
juga berlaku pada konsumen, mereka harus merasakan dampak dari perubahan
dari apa yang telah dikerjakan oleh tim. Selain itu, setiap anggota harus
mengenali siapa pemimpin perusahaan dan konsumen atau target pasar. Beberapa
teknik yang dapat dilakukan pada tahap memahami, yaitu sebagai berikut.
- Wawancara kepada konsumen yang bertunuan untuk mengetahui masalah secara detail.
- Membuat grup member dari konsumen, sehingga kita dapat lebih memahami kebutuhan dan masalah dari member.
- Melakukan survey untuk memahami konteks teknologinya, kebutuhan dan masalah dari orang-orang
- Analisis masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Hari Ke-2:
Kembangkan (Diverge) Pada tahap kedua ini, merupakan tahap pemecahan masalah
atau problem solving. Jadi fokus pada tahap ini adalah mencarikan solusi
dari permasalahan yang diketahui pada tahap satu. Selain itu juga, pada
tahap ini dilakukan penentuan startegi yang digunalan dalam memecahkan
masalah tersebut. Agar masalah tidak melebar kemana-mana, maka diperlukan
pembatasan masalah. Fokus pada masalah yang dudah dirumuskan bersama.
Apabila muncul masalah lain, maka perlu dilihat apakan masalah tersebut
merupakan masalah yang harus dicari solusinya dengan segera atau tidak. Jika
tidak maka lebih baik diabaikan saja.
Hari ke-3: Putuskan (Decide)
Pada tahap “Putuskan” di hari ke-3 ini, dilakukan pemungutan suara atau
voting untuk menentukan ide dan gagasan terbaik yang akan diimplementasikan
pada proyek bisnis yang akan dijalankan. Kemudian proses terakhir pada tahap
ini adalah membuat gambar kerja yang akan menjadi patokan untuk proses
berikutnya.
Hari ke-4: Buat Prototipe (Create Prototype)
Tahap ke- 4 ini, merupakan proses pembuatan prototipe dari gambar kerja yang
telah dibuat pada tahap sebelumnya. Prototipe yang dibuat nantinya kan
ditunjukkan atau ditampilkan dihadapan konsumen pada tahap berikutnya. Hal
yang harus diperhatikan adalah biaya pembuatan prototipe harus ditekan
sedemikian rupa, karena prototipe yang dibuat bukan produk asli yang akan
diluncurkan ke pasar. Namun tetap diperlukan ketelitian dalam prosesnya,
agar bisa mengetahui tanggapan konsumen apabila produk tersebut diluncurkan
secara resmi.
Hari ke-5: Validasi (Validate)
Pada tahap “Validasi” di hari ke-5 ini, prototipe akan diuji dan dievaluasi
oleh para konsumen. Namun dalam prose pengujian ini, diperlukan keteliatan
dalam memilih konsumen yang tepat untuk dijadikan penguji dari prototipe
tersebut. Konsumen yang dipilih adalah seseorang yang memiliki wawasan atau
keahlian cukup di bidang terkait produk yang akan dirilis. Perusahaan atau
tim pengembang tidak boleh menguji prototipe yang telah dibuat, untuk
menghindari penilaian yang bias dari prototipe tersebut. Penguji yang
dipilih harus mewakili keinginan dan kebutuhan semua konsumen.
Manfaat Design Sprint
Penerapan Design sprint dapat bermanfaat bagi seorang wirausahawan dalam
menjalankan atau memulai usahanya. Berikut beberapa manfaat yang didapatkan.
- Cara praktis untuk mendapatkan solusi dari berbagai permasalahan dan tantangan yang ada.
- Hasil cepat dan efektif.
- Resiko yang lebih kecil.
- Kolaborasi yang efisien dan demokratis.
- Menunjukkan penghargaan pada pengguna atau konsumen.
Sumber:
https://sprinthink.id/perbedaaan-design-thinking-dan-design-sprint-yangperlu-anda-tahu/
https://www.dewaweb.com/blog/google-design-sprint/
G. RANGKUMAN
- Prototipe merupakan model dari suatu produk barang atas jasa yang akan dibuat. Prototipe sebuah produk memperlihatkan desain produk serta fungsi dari model produk tersebut, sebelum diproduksi.
- Analisa kegiatan perancangan model produk atau prototipe berdasarkan 4 dimensi, yaitu, dimensi representasi, dimensi presisi, dimensi interaktif, dan dimensi evolusi.
- Proses pembuatan prorotipe produk disebut prototyping. Tujuan dari proses ini adalah untuk menguji konsep prototipe produk yang akan dibuat, sehingga seorang wirausaha dapat mengetahui kelemahan dan keunggulan dari produk yang akan ditawarkan kepada konseumen sebelum masuk tahap produksi.
- Tahap-tahap proses pembuatan produk (Prototyping), yaitu, emphatize (tahap empati), define (mendefinisikan), ideat (mewujudkan), membuat prototipe (prototyping), test (pengujian) dan implemetation (penerapan).
- Produk adalah barang yang ditawarkan untuk dijual dengan tujuan memenuhi kebutuhan konsumen. Suatu produk dapat berupa layanan atau item. Ini bisa berbentuk fisik, virtual, atau cyber.
- Produk terdiri dari produk barang dan produk jasa.
- Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) dimulai awal produk diperkenalkan kepada masyarakat atau kosumen, tumbuh (growth), dewasa (maturity), dan menurun (decline), lalu mati.
- Beberapa alasan diperlukannya pengembangan produk, di antaranya, kebutuhan dan keinginan konsumen berubah, produk mencapai akhir dari siklus hidup produknya, produk berada pada tahap kematangan siklus hidup produk, perubahan lingkungan, pesaing, dan semua produk mengalami masalah.
Demikian materi
Menganalisis proses kerja pembuatan prototype produk barang/jasa yang kita bahas hari ini. Semoga bisa membantu. Modul Kompetensi Dasar
Menganalisis proses kerja pembuatan prototype produk barang/jasa.