Menerapkan cara perawatan sistem pengapian konvensional - Setelah
mempelajari materi tentang sistem pengapian konvensional pada mesin kendaraan,
peserta didik dapat :
- Melakukan identifikasi komponen sistem pengapian konvensional pada mesin kendaraan
- Melakukan pemeriksaan kondisi komponen sistem pengapian konvensional pada mesin kendaraan
- Melakukan overhaul komponen sistem pengapian konvensional pada mesin kendaraan
- Melakukan perbaikan dan penggantian komponen sistem pengapian konvensional pada mesin kendaraan
Perkembangan teknologi yang sangat pesat termasuk di bidang otomotif, memicu
diproduksinya kendaraan-kendaraan yang dilengkapi dengan fitur-fitur yang
canggih. Namun demikian masih ada saja masyarakat yang menggunakan
kendaraan-kendaraan dengan teknologi yang masih konvensional.
Oleh karena itu, teknologi konvensional harus tetap dipelajari karena sebagai
seorang mekanik tetap harus mampu menangani kendaraan yang masih menggunakan
teknologi konvensional.
Pengguna kendaraan teknologi konvensional ini tentu mempunyai pemikiran
tersendiri berkaitan dengan kendaraan yang mereka pakai, murah harganya, murah
suku cadangnya, mudah, tidak memerlukan alat yang canggih dan mahal untuk
merawatnya.
Hal inilah yang menjadi pertimbangan mengapa teknologi yang konvensional tetap
masih dipelajari agar kemampuan mekanik menangani kendaraan tidak diragukan
lagi.
Baca juga: Menerapkan Cara Perawatan Sistem Pengisian
Sistem pengapian (ignition system) pada kendaraan berfungsi untuk menghasilkan
percikan api pada busi guna membakar campuran bahan bakar di dalam silinder
dengan metode merubah tegangan listrik 12 Volt – 14 Volt menjadi 20.000 Volt –
30.000 Volt, dan mengalirkan ke busi sehingga terjadi percikan api pada busi.
Sistem pengapian (ignition system) merupakan salah satu dari tiga syarat utama
yang menyebabkan mesin bensin (gasoline engine) dapat dihidupkan, disamping
ketersediaan bahan bakar yang cukup dan tekanan kompresi pada mesin kendaraan
yang memadai.
Sistem pengapian (ignition system) merupakan sistem kelistrikan pada kendaraan
yang dikategorikan sebagai sistem kelistrikan mesin (engine electrical
system). Disebut sebagai sistem pengapian konvensional (conventional ignition
system) karena teknologi ini diaplikasikan pada kendaraan-kendaraan keluaran
awal.
Untuk kendaraan-kendaraan modern saat ini sudah tidak lagi menggunakan sistem
pengapian konvensional, namun sudah mengaplikasikan sistem pengapian yang
memanfaatkan komponen-komponen elektronik.
4.1 Sistem pengapian konvensional |
A. Sistem Pengapian Konvensional pada Mesin Kendaraan
Sistem pengapian (ignition system) yang digunakan pada kendaraankendaraan
keluaran lama masih mengaplikasikan sistem konvensional, yaitu memanfaatkan
kontak platina (breaker point) sebagai alat untuk memutus hubungkan aliran
arus primer pada sistem.
Selain menggunakan platina, pada sistem pengapian konvensional juga
menggunakan komponen spesifik lain, yaitu kondensor. Kondensor atau kapasitor
memiliki fungsi untuk mengeliminasi terjadinya percikan bunga api listrik pada
permukaan platina, sehingga platina memiliki masa pakai lebih lama (awet).
Kondisi putus-hubung pada rangkaian arus primer akan menimbulkan induksi
listrik tegangan tinggi pada koil pengapian (ignition coil). Arus listrik
bertegangan tinggi yang dihasilkan oleh koil pengapian selanjutnya
didistribusikan ke masingmasing busi oleh distributor sesuai dengan FO (firing
order) mesin bersangkutan.
4.2 Wiring diagram sistem pengapian konvensional |
B. Komponen dan Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional
Seperti yang sudah dijelaskan, sistem pengapian bertugas untuk memercikan api untuk mendorong bahan bakar ketika mesin dihidupkan. Percikan api ini dapat terbentuk karena ada sulutan energi listrik bertegangan tinggi yang melewati elektroda busi. Tegangan listrik yang dibuat mencapai angka 30.000 V DC dengan celah 0,88 mm dalam elektroda busi.
Keberadaan celah pada elektroda busi dapat menimbulkan lompatan elektron yang nantinya akan menjadi cikal bakal terbentuknya percikan api. Namun, perlu Anda ketahui percikan tersebut hanya dibutuhkan ketika mobil akan digunakan saja. Jika mesin tidak digunakan, maka rangkaian pemutus arus akan mengatur percikan api sehingga busi tidak menyala selamanya.
Cara kerja sistem pengapian sendiri dimulai ketika Anda memutar kontak ke posisi ON. Pada posisi tersebut, komponen ignition relay dan main relay akan mulai aktif sehingga memunculkan aliran arus listrik yang dihasilkan dari baterai. Arus listrik tersebut kemudian mengalir dan melewati bagian ballast resistor menuju ignition coil.
Pada bagian tersebut Anda akan menemukan kumparan primer dan sekunder. Kedua kumparan ini memiliki input yang dapat mengaliri arus listrik. Namun, kedua komponen ini memiliki output yang berbeda satu sama lain.
Kumparan primer memiliki output yang cenderung mengarah pada rangkaian pemutus arus. Sedangkan kumparan sekunder lebih mengarah ke bagian komponen busi pada mobil.
Arus listrik yang mengalir pada rangkaian sistem pengapian tidak akan memiliki perubahan. Pasalnya, tegangan pada coil tidak akan berubah jika belum ada pergerakan pada bagian pemutus arus.
Kondisi demikian membuat busi tak bisa menyala ketika flywheel belum berputar. Akibat aliran listrik yang melewati primer koil, bagian inti coil menjadi magnet bahan bakar.
Urutan sistem pengapian mobil yang bukan konvensional, akan bekerja pada saat bagian flywheel diputar oleh sistem starter. Ketika mesin mulai berputar, rangkaian ini juga akan ikut berputar mengikuti RPM mesin.
Ketika platina terbuka, arus listrik yang melewati primer koil terputus. Meski aliran terputus, bagian inti akan memercikan api pada busi.
Sistem pengapian transistor sering disebut semi elektronik. Sistem ini tak lagi menggunakan platina, melainkan menggunakan transistor. Untuk prinsip kerja transistor hampir sama dengan pengapian jenis konvensional. Ketika kunci kontak posisi ON maka arus dari baterai akan mengalir ke ignition dan output coil transistor.
1. Baterai (battery)
Dalam konteks sistem pengapian (ignition system), beterai memiliki fungsi
memberi atau mensuplay kebutuhan energi listrik untuk mengoperasikan komponen
sistem pengapian pada saat mesin kendaraan dihidupkan. Baterai mensuplay arus
primer 12 volt yang dialirkan pada jalur primer sistem pengapian (beterai -
fusible link - kunci kontak - kumparan primer koil - platina - massa).
Baca juga:
Menerapkan cara perawatan sistem starter
Posisi penempatan baterai pada masing-masing kendaraan berbeda beda sesuai
dengan konstruksi kendaraan bersangkutan, yang terpenting diletakkan sejauh
mungkin dari ruang pengemudi maupun ruang penumpang dan sedekat mungkin dengan
mesin.
4.3 Posisi baterai pada kendaraan |
Prinsip kerja baterai (battery) dalam konteks sistem pengapian adalah pada
saat kunci kontak pada posisi ON arus listrik bertegangan 12 Volt dari baterai
mengalir pada jaringan primer sistem pengapian, adanya putaran mesin yang
menyebabkan buka-tutup platina menimbulkan induksi pada jaringan sekunder
sistem pengapian.
2. Kunci kontak (ignition switch)
Kunci kontak pada sistem pengapian berfungsi untuk memutus atau menghubungkan
arus dari baterai ke sistem pengapian. Selain itu kunci kontak juga berfungsi
untuk mematikan mesin, karena dengan tidak aktifnya sistem pengapian maka
mesin tidak akan hidup karena tidak ada yang memulai pembakaran pada ruang
bakar (motor bensin).
Kunci kontak biasanya terletak di bawah roda kemudi, pada jenis kendaraan
terbaru ada yang tanpa kunci kontak (key less) hanya dilengkapi remote
control. Posisi atau letak kunci kontak pada kendaraan dapat dilihat pada
gambar di bawah.
Kunci kontak pada kendaraan terdiri dari empat terminal yang satu sama lain
dapat saling dihubungkan menggunakan anak kuncinya. Terminal-terminal pada
kunci kontak diantaranya terminal B yang dihubungkan dengan terminal positif
baterai melalui fusible link.
Terminal ACC dihubungkan dengan sistem aksesoris yang ada pada kendaraan.
Terminal IG dihubungkan dengan sistem pengapian pada kendaraan. Kemudian
terminal ST dihubungkan dengan sistem starter pada kendaraan.
4.4 Posisi kunci kontak pada kendaraan |
Prinsip kerja kunci kontak dalam konteks sistem pengapian, ketika posisi OFF
maka akan memutus arus listrik dari baterai menuju ke semua sistem kelistrikan
pada kendaraan, termasuk supply kelistrikan kepada sistem pengapian.
Kemudian ketika kunci kontak pada posisi ON maka akan menghubungkan arus
listrik dari baterai menuju ke semua sistem kelistrikan pada kendaraan,
termasuk sistem pengapian, terkecuali sistem starter. Kemudian ketika kunci
kontak posisi START maka hanya menghubungkan arus listrik dari baterai menuju
sistem starter dan sistem pengapian saja.
3. Koil pengapian (ignition coil)
Koil pengapian (ignition coil) pada sistem pengapian kendaraan merupakan
sebuah komponen yang dapat menaikkan tegangan input atau sebuah trafo. Sistem
pengapian membutuhkan koil pengapian karena untuk dapat menghasilkan percikan
pada elektroda busi dibutuhkan tegangan yang sangat tinggi (20.000 Volt s/d
30.000 Volt), sementara yang tersedia pada baterai adalah arus listrik yang
bertegangan 12 Volt.
Sehingga untuk menaikkan tegangan ribuan volt dibutuhkan koil pada sistem
pengapian kendaraan. Koil pengapian biasanya diletakkan dekat dengan mesin
kendaraan, dengan tujuan bentangan kabel tegangan tinggi tidak terlalu
panjang. Kabel tegangan tinggi menghubungkan antara koil dan distributor yang
posisinya menempel pada mesin.
4.5 Koil pengapian (ignition coil) pada sistem pengapian kendaraan |
Prinsip kerja koil pengapian (ignition coil) pada sistem pengapian adalah
menaikkan tegangan beterai 12 Volt menjadi tegangan pengapian sebesar 20.000
Volt – 30.000 Volt. Koil (coil) tersusun dari lilitan/gulungan kawat
penghantar primer dan lilitan/gulungan kawat penghantar sekunder.
Lilitan (coil) primer memiliki diameter kawat penghantar yang besar dan
pendek, sedangkan lilitan sekunder memiliki diameter kawat penghantar yang
kecil/ lembut dan panjang. Besar kecilnya tegangan listrik yang dapat
diinduksikan oleh koil tergantung perbandingan antara lilitan primer dan
lilitan sekunder ini.
4. Distributor (distributor)
Distributor (distributor) memiliki fungsi untuk membagi arus listrik
bertegangan tinggi yang dibangkitkan oleh koil pengapian dan akan
didistribusikan ke masing-masing busi (spark plug) pada setiap silinder mesin
sesuai dengan FO (firing order) pengapian.
Distributor unit terdiri dari sebuah poros yang diputar oleh mesin melaui
poros nok, rotor yang dipasang pada ujung poros dan berputar bersama poros
distributor, serta sebuah tutup distributor yang terdapat titik-titik terminal
sebagai dudukan ujung kabel tegangan tinggi menuju masing-masing busi.
Unit distributor merupakan satu kesatuan antara distributor, platina,
centrifugal advancer, vacuum advancer dan oktan selector, yang masingmasing
komponen tersebut memiliki fungsi yang spesifik dan bekerja saling mendukung
untuk mendapatkan performa mesin kendaraan yang optimal.
4.6 Unit distributor (distributor unit) pada sistem pengapian kendaraan konvensional |
Prinsip kerja distributor adalah membagi arus tegangan tinggi ke masingmasing
busi kendaraan dengan urutan pengapian sesuai dengan firing order mesin
bersangkutan. Arus listrik tegangan tinggi dari koil diterima oleh terminal
tengah yang ada pada tutup distributor dan disalurkan secara bergantian oleh
rotor terhadap masing-masing busi melalui terminal bagian tepi pada tutup
distributor.
5. Kontak pemutus (breaker point)
Kontak pemutus (breaker point) atau yang lebih populer dengan sebutan platina
memiliki fungsi untuk memutus-hubungkan aliran arus primer pada jaringan
sistem pengapian. Pada saat pemutusan arus primer akan terjadi induksi arus
bertegangan tinggi pada koil pengapian. Kondisi putus hubung terjadi
berulang-ulang selama mesin dinyalakan.
Kontak pemutus (breaker point) terletak di dalam distributor, dipasang di atas
breaker plate atau bahasa bengkelnya piringan platina/dudukan platina. Kontak
pemutus (breaker point) dalam bahasa bengkel disebut dengan platina. Posisi
kontak pemutus (breaker point) dapat dilihat pada gambar dibawah.
4.7 Kontak pemutus (breaker point) pada sistem pengapian kendaraan |
Prinsip kerja dari kontak pemutus (breaker point) adalah mengubah gerak putar
poros distributor menjadi gerakan buka tutup pada kedua permukaan platina,
gerakan buka-tutup ini sebagai saklar yang selalu akan memutushubungkan
jaringan kelistrikan primer dari sistem pengapian. Sebagai efek dari pemutusan
rangkaian primer dengan tiba-tiba akan bangkit arus tegangan tinggi pada
kumparan sekunder koil pengapian.
6. Kondensor/kapasitor (condensator/capasitor)
Kondensor/kapasitor (condensator/capasitor) pada sistem pengapian memiliki
fungsi untuk menyerap arus listrik pada saat platina terbuka, sehingga
kecepatan pemutusan arus lebih tinggi dan induksi tegangan tinggi dari koil
meningkat.
Kondensor terletak menempel pada bodi distributor, kabel kondensor dihubungkan
dengan kabel dari koil (-). Letak kondensor dapat dilihat pada gambar di
bawah.
4.8 Kondensor/kapasitor (condensator/capasitor) pada sistem pengapian kendaraan |
Prinsip kerja kondensor/kapasitor (condensator/capasitor) seperti halnya
prinsip kerja baterai. Kondensor akan menyimpan arus listrik dalam durasi
waktu yang sangat singkat, yaitu selama platina membuka, ketika platina
menutup arus yang tersimpan akan dikeluarkan kembali.
Oleh karena itu dengan adanya kondensor dapat mencegah kemungkinan terjadinya
percikan bunga api listrik pada permukaan platina ketika platina mulai
membuka, sehingga platina lebih awet.
7. Bobot pemaju saat pengapian (centrifugal advancer)
Bobot pemaju saat pengapian (centrifugal advancer) memiliki fungsi untuk
memajukan saat pengapian terutama pada saat putaran mesin (rpm) tinggi.
Centrifugal advancer ini merupakan komponen mekanis yang terdiri dari dua
bobot sentrifugal yang dipasangkan pada unit distributor di bawah plat dudukan
platina.
4.9 Bobot pemaju saat pengapian (centrifugal advancer) pada sistem pengapian kendaraan |
Prinsip kerja dari centrifugal advancer adalah memajukan saat pengapian dengan
memanfaatkan gaya sentrifugal yang bekerja pada bobot sentrifugal. Semakin
tinggi putaran poros distributor semakin tinggi gaya sentrifugal yang timbul.
Besarnya sudut pengapian yang diajukan berbanding lurus dengan besarnya gaya
sentrifugal yang terjadi.
8. Vakum pemaju saat pengapian (vacuum advancer)
Vakum pemaju saat pengapian (vacuum advancer) adalah komponen dari sistem
pengapian yang memiliki fungsi untuk memajukan pengapian terutama pada saat
kevakuman pada intake manifold tinggi.
Kondisi ini dominan terjadi pada saat katup gas posisi menutup atau pada saat
putaran mesin (rpm) rendah. Komponen vacuum advancer menjadi satu kesatuan
dengan unit distributor. Vacuum advancer terdiri dari sebuah ruangan yang
disekat oleh lembaran membran, satu ruangan dihubungkan dengan intake manifold
menggunakan selang dan ruangan yang lain dihubungkan dudukan platina
menggunakan mekanisme batang penarik.
4.10 Vakum pemaju saat pengapian (vacuum advancer) pada sistem pengapian kendaraan |
Prinsip kerja dari vacuum advancer adalah memanfaatkan kevacuuman yang terjadi
pada intake manifold untuk menggeser dudukan platina agar terjadi pemajuan
saat pengapian. Kevacuuman terjadi karena katup gas dalam kondisi menutup,
kevacuuman yang terjadi menarik membran pada ruang vacuum, membran menarik
batang penarik yang dihubungkan dengan plat dudukan platina di dalam
distributor.
9. Kabel tegangan tinggi (high tension cord)
Kabel tegangan tinggi (high tension cord) pada sistem pengapian memiliki
fungsi untuk mengalirkan arus listrik bertegangan tinggi dari koil pengapian
menuju terminal tengah pada tutup distributor, dan dari terminal tepi pada
tutup distributor menuju ke masing-masing busi.
Jumlah kabel tegangan tinggi pada setiap kendaraan berbeda-beda sesuai dengan
jumlah silindernya. Mesin empat silinder menggunakan lima buah kabel tegangan
tinggi dan mesin enam silinder menggunakan tujuh buah kabel tegangan tinggi.
4.11 Kabel tegangan tinggi (high tension cord) pada sistem pengapian kendaraan |
Prinsip kerja kabel tegangan tinggi (high tension cord) pada sistem pengapian
adalah mengalirkan arus listrik bertegangan tinggi dari koil pengapian menuju
distributor dan dari distributor menuju masing-masing busi.
10. Busi/pemantik api (spark plug)
Busi (spark plug) merupakan komponen sistem pengapian yang memiliki fungsi
untuk memercikkan bunga api listrik di dalam ruang bakar mesin. Bunga api
listrik harus mampu memercik di dalam ruang bakar bertekanan tinggi karena
adanya langkah kompresi. Untuk memenuhi hal ini maka dibutuhkan arus listrik
bertegangan tinggi.
4.12 Busi/pemantik api (spark plug) pada sistem pengapian kendaraan |
Prinsip kerja busi (spark plug) pada sistem pengapian kendaraan adalah
memercikkan bunga api listrik di dalam ruang bakar mesin kendaraan. Bunga api
akan terpercik pada celah diantara elektroda pusat yang dihubungkan dengan
kabel tegangan tinggi dengan elektroda tepi yang dihubungkan dengan massa.
Besar kecilnya celah elektroda ini sangat berpengaruh terhadap kualitas
percikan bunga api listrik.
C. Pengkabelan Sistem Pengapian Konvensional
Sistem pengapian konvensional pada unit kendaraan ringan terdiri dari beberapa
komponen yang satu sama lain dihubungkan membentuk suatu rangkaian.
Komponen-komponen dari sistem pengapian konvensional diantaranya baterai
(battery), kunci kontak (ignition switch), koil pengapian (ignition coil),
distributor (distributor), kontak pemutus (breaker point), kondensator
(condensator), kabel tegangan tinggi (high tension cord) dan busi (spark
plug).
Rangkaian dari komponen-komponen tersebut dapat diilustrasikan seperti gambar
di bawah ini.
4.13 Ilustrasi sistem pengapian konvensional pada kendaraan ringan |
Rangkaian dari komponen-komponen sistem pengapian konvensional pada unit
kendaraan ringan dapat dilihat pada pengkabelan (wiring diagram) sebagai
berikut.
4.14 Wiring diagram sistem pengapian konvensional pada kendaraan |
D. Pemeriksaan Sistem Pengapian Konvensional
Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya terhadap kesempurnaan proses pembakaran di dalam silinder, dengan sistem pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal dan pemakaian bahan bakar yang hemat. Agar kinerja sistem pengapian selalu dalam kondisi baik maka sistem ini perlu dirawat dengan baik. Perawatan sistem pengapian dengan cara membersihkan, melumasi dan menyetel komponen atau mesin.
1. Pemeriksaan baterai
Untuk memeriksa baterai dapat digunakan dua cara prosedur, yaitu pemeriksaan
secara visual (penglihatan mata) dan pemeriksaan menggunakan alat khusus.
4.15 Pemeriksaan visual baterai |
Pemeriksaan visual meliputi pemeriksaan kotak baterai dari keretakan atau
kotor, korosi atau endapan kotoran pada terminal baterai, jumlah elektrolit,
konektor kabel kendor.
Pemeriksaan menggunakan alat khusus meliputi:
a. Pemeriksaan berat jenis cairan elektrolit baterai menggunakan hidrometer
4.16 Pemeriksaan BJ elektrolit dengan hidrometer |
b. Pemeriksaan tegangan baterai menggunakan multimeter
4.17 Pengukuran menggunakan multimeter |
c. Pemeriksaan kemampuan baterai menggunakan battery load tester
4.18 battery load tester |
2. Pemeriksaan kunci kontak
Kunci kontak yang sudah dipakai dapat diperiksa untuk memastikan apakah
komponen dapat berfungsi dengan baik.
4.19 Posisi yang ada pada kunci kontak |
Untuk memeriksa kunci kontak diperlukan alat multimeter dengan pemeriksaan
sebagai berikut:
4.20 Pemeriksaan kunci kontak |
Untuk lebih memperjelas keterangan pemeriksaan kunci kontak dapat dilihat pada
gambar di bawah ini
Pemeriksaan kunci kontak pada posisi ACC
4.21 Pemeriksaan kunci kontak posisi ACC |
Pemeriksaan kunci kontak pada posisi ON
4.22 Pemeriksaan kunci kontak posisi ON |
Pemeriksaan kunci kontak pada posisi starter
4.23 Pemeriksaan kunci kontak posisi starter |
3. Pemeriksaan koil pengapian
Pemeriksaan Tahanan Kumparan Primer
Menggunakan Ohm meter, ukur tahanan antara terminal (+) dan terminal (-)
Tahanan kumparan primer:
> Dingin : 1,35 – 2,09 Ω
> Panas : 1,71 – 2,46 Ω
Jika tahanannya tidak sesuai dengan spesisfikasi, ganti koil pengapian.
4.24 Pemeriksaan kumparan tahanan primer pada koil pengapian |
Pemeriksaan kumparan sekunder koil pengapian
Dengan menggunakan ohmmeter, ukurlah tahanan antara terminal B dan terminal
tegangan tinggi.
Tahanan pada kumparan/lilitan koil sekunder:
Ketika dingin sebesar : 8,5 – 14,5 KΩ
Ketika panas sebesar : 10,7 – 17,1 KΩ
Jika tahanan pengukuran tidak sesuai dengan spesifikasi, lakukan penggantian
koil pengapian (ignition coil).
4.25 Pemeriksaan kumparan tahanan kumparan sekunder |
Pemeriksaan Tahanan pada Tahanan Ballast
Dengan menggunakan ohmmeter, ukurlah tahanan antara terminal B dan terminal
(+)
Tahanan resistor:
Ketika dingin sebesar 0,8 – 1,3 Ω
Ketika panas sebesar 1,05 – 1,52 Ω
Jika tahanan tidak sesuai dengan spesifikasi, lakukan penggantian tahanan
ballast
4.26 Pemeriksaan tahanan ballast |
Catatan:
Kata “Dingin atau Panas” dalam kalimat merupakan kondisi suhu koil pengapian.
Dingin untuk suhu 10º – 50º C, sedangkan Panas artinya 50º – 100º C
Pemeriksaan Kabel dari Sumber Tegangan
Pemeriksaan ini berfungsi untuk memastikan arus yang mengalir dari baterai
sampai pada koil pengapian, sekaligus memastikan bahwa kunci kontak berfungsi
dengan baik Posisikan selector pada multimeter pada posisi pengukuran
tegangan, pada posisi kunci kontak ON hubungkan probe (+) ke terminal B dan
probe (-) ke massa / bodi, tegangan + 12 V
4.27 Pemeriksaan kabel dari sumber tegangan |
Pada posisi kunci kontak STARTER, hubungkan probe (+) ke terminal (+) dan
probe (-) ke massa / bodi, tegangan + 12 V
4.28 Pemeriksaan kabel dari sumber tegangan posisi starter |
Jika tegangan pengukuran tidaksesuai dengan spesifikasi, harus dilakukan
pemeriksaan kunci kontak (ignition switch) dan rangkaian kabel.
4. Pemeriksaan distributor
Pemeriksaan visual
a) Periksalah apakah ada keretakan pada bodi distributor
b) Periksalah apakah ada kerusakan seal distributor
Pemeriksaan putaran
a) Periksalah apakah distributor berputar dengan halus dan lembut, pastikan
putaran tidak terhambat apapun
b) Periksalah apakah ada bunyi yang ditimbulkan dari putaran tersebut Komponen
pada distributor
4.29 Komponen yang terdapat pada distributor |
5. Pemeriksaan kontak pemutus
Pemeriksaan visual
a. Periksa apakah kontak pemutus (breaker point) ada keretakan atau kerusakan
pada titik point antara kontak lepas dan kontak tetap
b. Periksa apakah ebonit aus
Pemeriksaan hubungan kabel
a. Menggunakan ohm meter periksalah kabel dari koil (-) ke kontak pemutus
pastikan ada hubungan
b. Menggunakan ohm meter periksalah hubungan kabel dari koil (-) ke kontak
tetap pastikan tidak ada hubungan apabila kontak pemutus membuka dan ada
hubungan saat kontak pemutus menutup.
Komponen yang terdapat pada kontak pemutus (breaker point)
Keterangan:
1. Nok distributor
2. Kontak tetap
3. Kontak lepas
4. Pegas kontak platina
5. Lengan kontak platina
6. Sekrup pengikat unit platina
7. Tumit ebonil
8. Kabel (dari – koil)
9. Alur penyetel
4.30 Komponen yang terdapat pada kontak pemutus |
6. Pemeriksaan kondensor/kapasitor
Pemeriksaan dengan menggunakan condensor tester
Pemeriksaan kondensor dilakukan menggunakan condensor tester, ukurlah
kapasitas kondensor dan bandingkan dengan standar.Ukuran kapasitas kondensor
dinyatakan dalam ukuran μF (micro Farad). Ukuran satandard 0,25 – 0,75 μF.
Pemeriksaan dengan menggunakan condensor tester dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
4.31 Pemeriksaan kondensor dengan condensor tester |
Pemeriksaan menggunakan multimeter
Sentuhkan kabel kondensor dengan bodi kondensor kemudian probe hitam
multimeter ke bodi kondensor dan probe merah ke kabel kondensor. Putar
pengatur multimeter pada posisi μF (micro Farad) jarum multimeter akan
bergerak ke kanan kemudian kembali ke tempat semula, jarum bergerak ke kanan
maksimal adalah ukuran kondensor yang diukur. Pengukuran kondensor dengan
menggunakan multimeter dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
4.32 Pemeriksaan kondensor menggunakan multimeter |
7. Pemeriksaan centrifugal advancer
4.33 Pemeriksaan fungsi advancer |
8. Pemeriksaan Vacuum advancer
Cara memeriksa komponen vacum advancer
Saat mesin mati
Pasang vacum tester pada vacum, pompa alat, perhatikan dudukan platina,
dudukan platina harus bergeser sebanding dengan kevacuman.
4.34 Pemeriksaan vacum advancer |
Saat mesin hidup
Hidupkan mesin, lepas selang vacum, saat putaran mesin bertambah maka saat
pengapian akan maju sebanding dengan putaran mesin
4.35 Pemeriksaan vacum advancer saat mesin hidup |
9. Pemeriksaan kabel tegangan tinggi
Cara memeriksa komponen kabel tegangan tinggi
Menggunakan ohm meter pada skala 1 kΩ ukur ujung kabel tegangan tinggi dengan
sambungan pada tutup distributor, apabila tahanan kabel tegangan tinggi
melebihi 25 kΩ ganti kabel tegangan tinggi
4.36 Pemeriksaan kabel tegangan tinggi |
10. Pemeriksaan busi
Cara memeriksa komponen
4.37 Mengukur celah busi |
4.38 Menyetel celah busi |
LEMBAR PRAKTIKUM
Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai praktik siswa dapat:
1. Menjelaskan nama-nama komponen sistem pengapian konvensional
2. Menjelaskan fungsi masing-masing komponen sistem pengapian konvensional
3. Menjelaskan prinsip kerja komponen sistem pengapian konvensional
4. Mengukur komponen-komponen sistem pengapian konvensional
Alat dan Bahan
1. Kunci Kontak
2. Koil
3. Kabel Tegangan Tinggi
4. Baterai (Accu)
5. Kondensator
6. Distributor
7. Multimeter
8. Hidrometer
9. Feeler gauge
10. Majun (Lap)
Keselamatan Kerja
1. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya masing-masing!
2. Kenakanlah pakaian kerja (wear park) dengan benar dan rapi selama praktik!
3. Jika menemui keraguan dalam kegiatan praktik konsultasikan terlebih dahulu
dengan guru pembimbing
4. Hati-hati ketika menangani listrik bertegangan tinggi !
Tugas Praktik
1. Buat laporan praktik sesuai dengan job sheet praktik dan data yang
diperoleh
selama praktik!
2. Ukurlah komponen-komponen Sistem Pengapian Konvensional sesuai dengan
job sheet dan jelaskan mengapa ukurannya tidak sesuai dengan standarnya !
3. Jelaskan fungsi masing-masing komponen Sistem Pengapian Konvensional!
4. Buat daftar komponen Sistem Pengapian Konvensional yang tidak sesuai
dengan ukurannya!
Media
1. Buku manual kendaraan yang sesuai
2. CD Interaktif
3. Wall Chart
Langkah Kerja
1. Persiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan praktik
2. Kenakanlah pakaian kerja (wear park) dengan benar dan rapi
3. Pinjam peralatan dan bahan di ruang alat dan periksa kondisi alat sebelum
digunakan
4. Ukur tegangan beterai dengan multimeter dan berat jenis elektrolit baterai
dengan hydrometer, catat untuk laporan praktik
5. Ukurlah kontinuitas kunci kontak dengan multimeter dengan cara:
a. Kunci kontak posisi ACC antara terminal B-ACC ada hubungan
b. Kunci kontak posisi ON antara terminal B-ACC-IG ada hubungan
c. Kunci Kontak Posisi ST antara terminal B-IG dan B-STada hubungan
6. Menggunakan Ohm meter, ukur tahanan kabel tegangan tinggi tahanan maksimum
25 kΩ, jika tahanannya lebih dari maksimum, periksa terminalnya
7. Menggunakan Ohm meter, ukur tahanan antara terminal (+) dan terminal (-),
tahanan pada kumparan primer
a. Dingin 1,35 – 2,09 Ω (suhu koil 10º - 50º C)
b. Panas 1,71 - 2,46 Ω (suhu koil 50º - 100º C)
8. Dengan menggunakan ohm meter, ukurlah tahanan kumparan sekunder koil antara
terminal (+) dan terminal tegangan tinggi, tahanan pada kumparan sekunder:
a. Dingin 8,5 – 14,5 kΩ (suhu koil 10º - 50º C)
b. Panas 10,7 – 17,1 kΩ (suhu koil 50º - 100º C)
9. Menggunakan feeler gauge ukur celah platina (0,4 – 0,5 mm)
10. Menggunakan Ohm meter ukur kapasitas kondensator.
11. Dengan pistol udara/ dihisap periksa apakah vacuum advancer bergerak/
tidak, bila vacuum advancer tidak bergerak maka vacuum advancer sudah tidak
baik
12. Periksa governor advancer dengan cara memutar rotor searah jarum jam
(Toyota) kemudian bebaskan dan periksa bahwa rotor berputar kembali ke arah
kebalikannya dengan cepat
1. Pemeriksaan kunci kontak (ignition switch)
Pemeriksaan kunci kontak pada posisi ACC
Pemeriksaan kunci kontak pada posisi ON
Pemeriksaan kunci kontak pada posisi ST (starter)
2. Pengukuran beterai (battery)
Mengukur berat jenis cairan elektrolit pada beterai menggunakan hidrometer,
beterai harus terisi minimal 70 % (1,270), menggunakan volt meter ukur
tegangan baterai (12 – 14 V)
3. Pemeriksaan vacuum advancer
4. Pemeriksaan governor/centrifugal advancer
5. Pemeriksaan tahanan kabel tegangan tinggi
6. Pemeriksaan celah kontak pemutus (breaker point)
7. Pengukuran celah elektroda busi, celah elektroda sebesar 0,7 – 0,8 mm atau
dapat dilihat pada buku manual / katalog busi.
8. Pemeriksaan tahanan kumparan primer pada koil pengapian (ignition coil)
Dengan menggunakan ohm meter ukurlah tahanan antara terminal (+) dan terminal
(-), tahanan pada koil primer kondisi dingin 1,35 – 2,09Ω dan pada kondisi
panas sebesar 1,71 – 2,46 Ω. Jika tahanannya tidak sesuai dengan spesisfikasi
lakukan penggantian koil pengapian.
9. Pemeriksaan tahanan kumparan sekunder pada koil pengapian (ignition coil)
Dengan menggunakan ohm meter, ukurlah tahanan antara terminal B dan terminal
tegangan tinggi. Tahanan pada koil sekunder pada posisi dingin sebesar 8,5 –
14,5 KΩ, sedangkan pada posisi panas sebesar 10,7 – 17,1 KΩ. Jika tahanannya
tidak sesuai dengan spesifikasi lakukan penggantian koil pengapian.
10. Pemeriksaan tahanan pada tahanan ballast
Menggunakan ohm meter, ukur tahanan antara terminal B dan terminal (+),
Tahanan resistor: > Dingin : 0,8 – 1,3 Ω, > Panas : 1,05 – 1,52 Ω
Jika tahanannya tidak sesuai dengan spesifikasi, gantil tahanan ballast
Catatan: Kata “Dingin atau Panas” dalam kalimat merupakan suhu koilpengapian.
Posisi dingin untuk suhu 10º – 50º C, sedangkan posisi panas artinya 50º –
100º C
11. Pemeriksaan kabel dari sumber tegangan
Dengan switch pengapian posisi ON dan selektor multimeter pada posisi
pengukuran tegangan, hubungkan probe (+) ke terminal B dan probe (-) ke
massa/bodi, tegangan terukur + 12 V.
Dengan switch pengapian pada posisi START dengan menggunakan multimeter dan
selektor diarahkan pada posisi pengukuran tegangan, hubungkan probe (+) ke
terminal (+) dan probe (-) ke massa/bodi, tegangan terukur + 12 V.
Jika tegangan terukur tidak sesuai dengan tegangan spesifikasi, periksalah
switch pengapian dan rangkaian kabel.
12. Pengukuran Kapasitas Kondensator/Kapasitor
Dengan menggunakan ohmmeter ukurlah kapasitas kondensator.
Kapasitor/kondensor dalam keadaan baik, jarum akan bergerak ke kanan sesaat
kemudian akan kembali ke kiri.
SOAL LATIHAN
Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan cara memeriksa kondensor/kapasitor!
2. Jelaskan cara memeriksa koil pengapian (ignition coil)!
3. Jelaskan langkah-langkah pemeriksaan apabila busi tidak memercikkan bunga
api listrik!
4. Apabila putaran mesin dinaikkan (gas dinaikkan) pengapian tidak stabil
apakah penyebab terjadinya hal tersebut?
5. Apabila percikan api pada busi kecil, apakah penyebab terjadinya hal
tersebut?
Itulah teori fundamental materi menerapkan cara perawatan sistem pengapian
konvensional kali ini. Semoga bermanfaat dan silahkan bagikan kepada sobat
lainnya.