Menerapkan cara perawatan sistem starter - Setelah mempelajari materi tentang
sistem starter pada mesin kendaraan, peserta didik dapat :
- Melakukan identifikasi komponen sistem starter pada mesin kendaraan
- Melakukan pemeriksaan kondisi komponen sistem starter pada mesin kendaraan
- Melakukan overhaul komponen sistem starter pada mesin kendaraan
- Melakukan perbaikan dan penggantian komponen sistem starter pada mesin kendaraan
Sistem starter pada unit kendaraan dikategorikan ke dalam sistem kelistrikan
mesin. Sistem starter berfungsi untuk memberikan putaran awal agar mesin dapat
memulai siklus kerjanya.
Pada kendaraan-kendaraan keluaran awal masih mengaplikasikan sistem mekanik
untuk menghidupkan mesin kendaraan, terutama kendaraan dengan isi silinder
(cc) kecil, yaitu dengan cara memutar poros engkol.
Namun saat ini, dengan perkembangan teknologi yang pesat sistem starter tidak
lagi memanfaatkan tenaga manusia, melainkan dengan memanfaatkan energi listrik
dari beterai untuk memutar motor starter dan meneruskan putaran kepada mesin
kendaraan.
Bahkan saat ini terdapat produk sepeda motor yang sudah memanfaatkan teknologi
ACG (alternating current generator) dimana sistem pengisian menjadi satu
kesatuan dengan sistem starter sehingga suara pada saat pertama kali
menghidupkan mesin menjadi lembut.
2.1 Sistem starter pada kendaraan modern |
Sistem Starter pada Kendaraan Ringan
Sistem starter yang digunakan pada sebuah kendaraan pada dasarnya adalah sama,
yaitu memanfaatkan motor starter untuk memberikan putaran awal terhadap mesin.
Motor starter yang digunakan ada beberapa tipe dan masing-masing tipe memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Tipe-tipe motor starter tersebut diantaranya adalah tipe konvensional, tipe
reduksi dan tipe planetary serta tipe planetary reduction-segmen conductor
(PS).
2.2 Berbagai tipe motor starter pada kendaraan |
Komponen Sistem Starter
Sistem starter pada kendaraan terdiri dari beberapa komponen pendukung, yang
satu sama lain bekerja saling berkaitan. Komponen-komponen sistem starter pada
kendaraan ringan diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Beterai (battery)
Secara umum beterai pada sebuah kendaraan memiliki fungsi sebagai sumber
energi untuk penerangan dan aksesoris tertutama pada saat mesin kendaraan
mati. Kemudian pada saat mesin distarter baterai memiliki fungsi untuk
menghidupkan motor starter dan pengapian pada mesin. Pada saat mesin sudah
hidup beterai sebagai stabilisator energi listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit energi listrik di kendaraan atau alternator.
Beterai sebagai penyedia arus untuk sistem starter harus selalu dalam kondisi
yang baik, karena motor starter membutuhkan arus yang besar untuk memutar roda
gila (flywheel) pada poros engkol mesin kendaraan.
2.3 Beterai pada sebuah kendaraan |
2. Kunci kontak (ignition switch)
Kunci kontak (ignition switch) pada sistem starter berfungsi untuk memutus
atau menghubungkan arus listrik dari baterai ke solenoid pada unit motor
starter. Kunci kontak diletakkan pada dashboard kendaraan, tepatnya di bawah
roda kemudi.
Kunci kontak memiliki empat terminal, terminal B dihubungkan dengan beterai,
terminal IG dihubungkan dengan sistem pengapian, terminal ST dihubungkan
dengan sistem starter dan terminal ACC dihubungkan dengan sistem assesories.
2.4 Posisi kunci kontak (ignition switch) pada kendaraan |
3. Motor starter.
a. Yoke dan pole core
Komponen pada motor starter yang berbentuk seperti silinder disebut dengan
yoke, yoke ini merupakan dudukan dari pole core yang diikat menggunakan
sekrup.
Jadi yoke merupakan dudukan pole core, dan pole core merupakan komponen yang
berfungsi sebagai penopang field coil dan memperkuat medan magnet yang
dihasilkan field coil ketika dialiri arus listrik.
2.5 Yoke dan pole core pada motor starter |
b. Kumparan medan (field Coil)
Jika pada sistem pengapian ada komponen yang namanya koil pengapian (ignition
coil), pada motor starter ada komponen yang bernama kumparan medan (field
coil). Coil sendiri merupakan gulungan kawat penghantar.
Kumparan medan (field Coil) juga disebut dengan istilah lilitan atau kumparan
stator. Fungsi kumparan medan (field coil) pada motor starter adalah untuk
membangkitkan medan magnet, agar mampu dialiri arus yang besar field coil
terbuat dari lempengan tembaga.
2.6 Kumparan medan (field Coil) pada motor starter |
c. Jangkar (armature)
Fungsi jangkar (armature) adalah untuk merubah energi listrik menjadi energi
mekanik dalam gerak putar. Jangkar (armature) juga disebut dengan nama
kumparan atau lilitan rotor.
Armature tersusun dari beberapa komponen yaitu armature core, armature coil,
comutator, armature shaft dan bagian-bagian lainnya. Kedua ujung shaft
armature ini, masing-masing ditopang oleh bearing yang bertujuan agar armature
dapat berputar dengan stabil diantara pole core.
Armature coil disusun pada celah-celah core dan masing-masing ujung armature
coil disambungkan ke segmen-segmen commutator. Dengan demikian arus yang
melewati armature coil dapat membuat komponen armatur dapat berputar dan
menghasilkan momen putar untuk memutar fly wheel.
2.7 Jangkar (armature) pada motor starter |
d. Sikat-sikat (brushes)
Sikat-sikat (brushes) pada motor starter berfungsi untuk mengalirkan listrik
dari field coil ke armature coil kemudian dialirkan ke massa melalui
komutator. Bahan utama pembuat brush adalah tembaga lunak dan karbon. Pada
umumnya brush atau sikat pada motor starter jumlahnya ada empat buah, yang
terdiri dari dua jenis yaitu brush positif dan brush negatif.
Sikat positif diberi isolator dan dipasangkan dengan armature coil melalui
comutator. Sedangkan sikat negatif dipasangkan ke pemegang yang berhubungan
dengan massa atau body kendaraan. Sikat-sikat ini agar dapat selalu
berhubungan dengan comutator maka pada sikat terdapat pegas.
Pegas ini berfungsi untuk menekan sikat agar selalu dapat berhubungan dengan
comutator. Jika sikat habis karena terkikis sehingga tidak menekan commutator,
maka momen putar yang dihasilkan motor starter menjadi lemah atau bisa juga
motor starter tidak dapat berputar.
2.8 Sikat-sikat (brush) pada motor starter |
e. Kopling starter (starter clutch) dan gigi pinion (pinion gear)
Kopling starter berfungsi untuk memindahkan momen putar dari armature shaft ke
fly wheel dan untuk mencegah berpindahnya tenaga putar dari fly wheel (ketika
mesin sudah hidup) ke motor starter.
Starter clutch (kopling starter) merupakan pengaman dari armature coil ketika
roda penerus (ring gear) cenderung memutar gigi pinion, ini dapat terjadi
ketika mesin sudah hidup (putaran mesin lebih cepat).
Kemudian pinion gear yang juga menjadi satu kontruksi dengan starter clutch
berfungsi untuk memindahkan tenaga putar dari armature shaft ke ring gear.
Pinion gear inilah yang berhubungan langsung dengan ring gear.
2.9 Kopling starter (starter clutch) dan gigi pinion (pinion gear) |
f. Rem jangkar (armature brake)
Armature brake berfungsi sebagai pengerem ketika pinion gear lepas dari kaitan
fly wheel. Pengereman pada motor starter sangat penting guna menjaga umur
komponen pinion gear.
Pada saat anda melakukan starter pertama kali dan mesin belum hidup, tentu
saja Anda akan melakukan starter kembali, sehingga apabila tidak ada
pengereman maka akan membuat pinion masih berputar dan ketika dilakukan
starter kembali maka dapat merusak pinion gear karena pinion gear dapat
menabrak gigi pada fly wheel.
2.10 Rem jangkar (armature brake) pada motor starter |
g. Switch starter (magnetic switch atau solenoid)
Switch starter (magnetic switch atau solenoid) pada motor starter merupakan
komponen yang memiliki fungsi ganda, yang pertama adalah untuk mendorong
pinion gear sehingga berhubungan dengan ring gear. Kemudian yang kedua adalah
berfungsi sebagai main switch atau relay yang memungkinkan arus yang besar
langsung dari baterai mengalir ke motor starter.
Magnetic switch atau saklar magnet terdiri dari kontak plate yang terhubung
dengan plunger. Plunger pada magnetic switch digulung dengan dua kumparan,
kumparan bagian dalam dibuat menjadi lebih tipis atau disebut dengan kumparan
pull in coil sedangkan kumparan bagian luar dibuat lebih tebal dan disebut
dengan hold in coil. Kumparan pull in coil dihubungkan ke massa melalui field
coil dan armature sedangkan kumparan hold in coil dihubungkan langsung dengan
massa.
2.11 Switch starter (magnetic switch atau solenoid) pada motor starter |
h. Tuas penggerak/pendorong (drive lever)
Tuas penggerak/pendorong (drive lever) merupakan komponen motor starter yang
berfungsi untuk mendorong pinion gear agar berkaitan dengan ring gear pada fly
wheel dan melepas perkaitan pinion gear dari perkaitan ring gear pada saat
mesin sudah hidup.
Prinsip kerja drive lever seperti halnya sebuah tuas, apabila salah satu ujung
dari drive lever ini ditarik oleh poros pada solenoid, maka ujung yang lainnya
akan mendorong pinion gear.
2.12 Tuas penggerak/pendorong (drive lever) pada motor starter |
Cara Kerja Sistem Starter
Motor starter memegang peranan penting guna memutarkan Flywheel untuk
pertama kalinya agar mesin dapat berputar dan dihidupkan. Motor starter
terdiri dari berbagai macam komponen yang bekerja secara elektrikal dan
mekanikal. Komponen-komponen motor starter ini akan mengubah energi listrik
dari aki menjadi energi gerak berputar yang akan memutar Flywheel.
Motor starter menggunakan prinsip kerja elektromagnetik, yaitu memanfaatkan
aliran arus listrik guna menghasilkan medan magnet yang dapat digunakan
untuk membuat sebuah benda bergerak berputar.
Dalam kerjanya, motor starter ini dibagi menjadi tiga posisi yaitu saat
kunci kontak di posisi ST, saat pinion gear terhubung penuh dengan ring gear
dan terakhir adalah saat kunci kontak kembali ke posisi ON atau IG. Berikut
cara kerja motor starter secara lengkap.
I. Saat Starter Switch ON (Kunci Kontak di posisi ST)
Ketika kunci kontak mobil diputar ke posisi ST (Starter Switch ON) maka
kedua kumparan Pull-in Coil dan Hold-in Coil didalam selenoid akan memiliki
medan magnet
Berikut aliran arus listrik yang mengalir saat starter switch ON
Arus dari baterai mengalir ke kunci kontak (ignition switch) --> Terminal 50 --> kumparan Pull-in Coil --> Terminal C --> kumparan medan (Field Coil) --> sikat positif --> kumparan armature --> sikat negatif --> Ground (massa).
Aliran arus listrik diatas akan mengakibatkan terbentuknya medan magnet pada
kumparan Pull-in Coil .
Selain mengalir pada Pull-in Coil , arus listrik juga mengalir ke kumparan
Hold-in Coil , berikut aliran arus listrik yang terjadi
Arus dari baterai mengalir ke kunci kontak (ignition switch) --> Terminal 50 --> kumparan Hold-in Coil --> Ground (massa).
Kondisi ini juga akan menyebabkan Hold-in Coil memiliki medan magnet.
Kekuatan medan magnet yang terjadi pada Pull-in Coil dan Hold-in Coil akan
menarik Plunyer ke bergerak ke kanan melawan tekanan pegas pengembali
(return spring).
Tertariknya Plunyer ke kanan juga ikut menarik tuas penggerak (driver lever)
ke kanan sehingga mendorong Pinion gear untuk bergerak ke kiri agar
berkaitan dengan Ring gear.
Pada kondisi Plunyer tertarik ke kanan dan kondisi plat kontak antar
terminal belum menempel, terdapat arus listrik (kecil) yang mengalir dari
Pull-in Coil menuju Field Coil dan ke ground. Hal menyebabkan terbentuknya
medan magnet (dengan kekuatan kecil) pada Field Coil sehingga menyebabkan
motor starter berputar lambat.
Putaran lambat yang terjadi di motor starter ini akan memudahkan pinion gear
saat masuk dan berkaitan dengan ring gear.
II. Saat Pinion Gear Terkait Penuh dengan Ring Gear
Sesaat setelah pinion gear masuk dan berkaitan penuh dengan ring gear, hal
ini akan menyebabkan plat kontak antar terminal menjadi terhubung penuh,
yaitu menghubungkan antara Terminal 30 dengan Terminal C.
Terhubungnya Terminal 30 dengan Terminal C akan menyebabkan arus yang besar
dari baterai mengalir menuju Field Coil.
Berikut rincian arus listrik yang mengalir saat Pinion gear terkait penuh
Arus yang besar dari baterai mengalir ke terminal 30 --> plat kontak --> Terminal C --> Field Coil --> sikat positif --> kommutator --> kumparan armature --> sikat negatif --> Ground (massa).
Seperti yang kita ketahui kalau Fungsi Field Coil adalah untuk membangkitkan
medan magnet. Disaat yang sama, pada kumparan armature juga muncul medan
magnet. Dengan adanya medan magnet di kedua bagian tesebut, maka motor
starter dapat berputar cepat dengan tenaga yang lebih besar untuk memutarkan
mesin melalui Ring gear.
Disaat yang sama, tegangan pada Terminal 30, Terminal 50, dan Terminal C
menjadi sama semuanya. Efeknya, arus yang mengalir ke kumparan Pull-in Coil
akan berhenti dan menyebabkan kemagnetan pada kumparan Pull-in Coil
menghilang.
Sedangkan untuk kumparan Hold-in Coil arus tetap mengalir dari
baterai --> Terminal 50 --> Kumparan Hold-in Coil --> Ground
(massa). Sehingga medan magnet yang ada pada kumparan Hold-in Coil tetap bertahan
dan tetap menahan Plunyer pada posisinya.
Dengan demikian, meskipun kumparan pada Pull-in Coil kemagnetannya hilang,
Plunyer masih dalam kondisi tertahan.
III. Saat Kunci Kontak Kembali ke Posisi ON (IG)
Setelah mesin hidup, maka kunci kontak dilepas dan posisinya kembali ke
posisi ON atau IG. Namun demikian, sesaat setelah kunci kontak kembali ke
posisi ON/IG, plat kontak antar terminal yang menghubungkan Terminal 30
dengan Terminal C masih menempel, sedangkan Terminal 50 tidak akan
mendapatkan arus listrik (terputus).
Berikut aliran arus listrik yang terjadi saat kunci kontak kembali ke posisi
ON
Arus dari baterai mengalir ke terminal 30 --> plat kontak --> Terminal C --> Field Coil->--> sikat positif --> kommutator --> kumparan armature --> sikat negatif --> Ground (massa).
Pada posisi ini, medan magnet yang sangat kuat masih terjadi pada Field Coil
dan Armature sehingga motor starter masih dalam keadaan berputar. Karena
starter switch terputus (off), maka aliran listrik akan mengalir kembali
menuju kumparan Pull-in Coil.
Berikut aliran arus listriknya
Arus dari baterai ke terminal 30 --> plat kontak --> Terminal C --> kumparan Pull-in Coil --> kumparan Hold-in coil --> Ground (massa).
Arah aliran arus yang berbeda pada kumparan Pull-In Coil menyebabkan
terjadinya perbedaan pola medan magnet yang terbentuk. Akibatnya medan
magnet yang terjadi diantara kumparan Pull-in Coil dan Hold-in Coil
sama-sama saling menghilangkan (demagnetisasi).
Akibatnya, tidak ada kekuatan medan magnet yang dapat menahan plunyer.
Sehingga plunyer akan bergerak ke kiri dan kembali pada posisi semula
sehingga plat kontak terlepas dari terminal 30 dan terminal C. Arus yang
besar akan berhenti mengalir dan motor starter berhenti berputar.
Pengkabelan Sistem Starter pada Kendaraan Ringan
Sistem starter memiliki beberapa komponen yang satu sama lain dihubungkan
menggunakan kabel penghantar. Beterai (battery), sekring (fuse), kunci
kontak (ignition switch) dan motor starter merupakan komponen utama pada
sistem starter. Namun untuk memaksimalkan arus listrik yang menuju sistem
starter (solenoid) dapat ditambahkan sebuah relay.
Pengkabelan (wiring) dari sistem starter, baik yang tidak menggunakan relay
maupun yang menggunakan relay seperti terlihat pada gambar di bawah.
2.13 Jaringan sistem starter tanpa relay |
2.14 Jaringan sistem starter dengan relay |
Pemeriksaan Sistem Stater pada Kendaraan Ringan
1. Pemeriksaan beterai
Pemeriksaan baterai apakah dalam keadaan baik, dengan mengukur tegangan.
Dalam kondisi sistem starter baik, jika kunci kontak diputar ke posisi start
(ST), baterai akan mengalirkan arus dalam jumlah besar ke motor starter.
Adanya tahanan dalam baterai menyebabkan adanya penurunan tegangan. Jika
tegangan yang terukur menunjukkan 9,6 Volt atau lebih pada saat itu, maka
berarti baterai dalam keadaan normal. Periksalah adanya kerak-kerak karbon
atau adanya sulfatisasi pada terminal-terminal baterai.
Jika tegangan baterai dalam kondisi baik/normal, adanya batu sulfat dan
korosi pada terminal-terminal baterai dapat mengakibatkan kinerja starter
lemah, terjadi rugi tegangan sehingga tegangan sesungguhnya yang digunakan
motor starter lebih rendah dari tegangan baterai, ketika di start/posisi
kunci kontak start.
Periksa tegangan pada terminal 30 motor starter pada saat start. Dalam
keadaan kabel start tidak terhubung atau hubungan yang kurang baik, baterai
akan selalu memberikan tegangan pada terminal 30. Ketika arus besar mengalir
melalui motor starter, maka tegangan yang digunakan motor starter sedikit
lebih rendah dari tegangan yang terukur pada terminal baterai, hal ini
disebabkan karena ada tahanan pada kabel baterai.
Jika tegangan yang terukur pada terminal 30, 8 Volt atau lebih, maka kabel
starter dalam keadaan baik. Sebaliknya jika tegangannya yang terukur kurang
dari nilai tersebut, periksalah kerusakan kabel, perbaiki, atau ganti kabel
tersebut.
2. Pemeriksaan kunci kontak
Periksa tegangan pada terminal 50 motor starter pada saat kunci kontak pada
posisi strart (ST), tegangan harus menunjukkan 8 Volt atau lebih. Pastikan
gigi transmisi harus pada posisi netral (N) atau parkir (P) pada kendaraan
yang menggunakan transmisi otomatis.
Jika tegangan pada terminal 50 tidak sesuai dengan spesifikasi pada saat
kunci kontak pada posisi start, periksalah wiring diagram system starter dan
periksa bagian-bagian yang ada kaitannya dengan komponen-komponen seperti:S
ekring utama, kunci kontak, saklar netral, relay starter dan sebagainya.
Ganti jika terdapat kerusakan.
Mengacu pada buku manual kendaraan untuk pertolongan dalam membedakan
terminal 30 dan terminal 50 (terminal 50 selalu menggunakan kabel dengan
ukuran penampang lebih kecil, kabel dengan penampang besar digunakan untuk
terminal 30 dan terminal C.
3. Pemeriksaan motor starter Pengecekan kumparan penarik
Periksa bahwa pinion bergerak keluar, pada saat beterai dihubungkan pada
motor starter seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah. Energi yang
ditimbulkan pada pemeriksaan kumparan penarik dan kumparan penahan dan
aktifasi switch magnetis tidak memutar motor starter.
Bila gear pinion tidak bergerak keluar, periksa kerusakan pada kumparan
penarik, atau hambatan terlalu besar pada gerakan sliding plunyer atau
penyebab kerusakan lainnya.
2.15 Pemeriksaan kumparan penarik |
Pengecekan kumparan penahan
Setelah selesai memeriksa fungsi kumparan penarik. periksalah bahwa gear
pinion tidak tertarik kembali ke dalam pada saat kabel dari terminal C
dilepaskan, plunger harus tetap pada posisinya karena kemagnetan masih tetap
ada melalui kumparan penahan.
Jika pinion tertarik kembali kedalam pada saat pemeriksaan ini, periksa
kerusakan kumparan penahan, hubungan masa yang kurang baik atau kerusakan
lainnya.
Baca juga: Menerapkan Cara Perawatan Sistem Pengisian
2.16 Pemeriksaan kumparan penahan |
Pengecekan kembalinya gear pinion
Jika pemeriksaan kumparan penahan telah selesai, lepaskan kabel dari bodi
starter sperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Gear pinion harus
dengan cepat tertarik kembali masuk kedalam, karena kumparan penahan tidak
bekerja lagi, dengan bantuan pegas pengembali maka plunger akan kembali ke
posisi semula.
Jika gear pinion tidak kembali dengan segera, periksa pegas pengembali,
gesekan sliding plunger (gerakan plunger pada rumahnya) yang kurang baik,
atau penyebab lainnya.
2.17 Pemeriksaan kembalinya pinion gear |
Pengecekan putaran motor starter tanpa beban Ikat/pasang dengan kokoh motor
starter pada ragum atau pemegang yang kuat. Hubungkan motor starter, dengan
baterai dan ampere meter seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gear pinion harus bergerak maju ke depan dan motor starter berputan dengan
halus.
2.18 Pemeriksaan putaran motor starter tanpa beban |
Catat dan baca arus yang mengalir melalui Ampere meter bila motor starter
telah stabil. Nilai hasil pengukuran harus sesuai dengan range spesifikasi
pada buku manual.
Periksa kembalinya gear pinion, dan motor harus segera berhenti berputar
ketika kabel dilepaskan dari terminal 50 (ini hanya perlu untuk motor
starter tipe biasa/konvensional). Jika motor starter tidak dapat berhenti
dengan segera, maka berarti rem ankernya rusak.
Jumlah arus listrik yang mengalir melalui sirkuit dalam test tanpa beban
bervariasi tergantung dari motor starter, kebanyakan arus mengali berkisar
200 sampai 300 ampere untuk beberapa motor starter.
Lihat data pada buku manual sebelum melakukan pemeriksaan ini. Pastikan
bahwa ampere meter telah di seting dengan benar, baik hubungan kabel maupun
batas ukur ampere meter. Hati-hati pada waktu mempergunakan kabel
berpenampang besar.
LEMBAR PRAKTIKUM
Tujuan Pembelajaran Praktikum
Setelah menyelesaikan kegiatan praktik diharapkan peserta didik dapat:
1. Mengetahui komponen sistem starter (starting system)
2. Mengukur komponen sistem starter (starting system)
3. Menjelaskan cara kerja sistem starter (starting system)
4. Mengidentifikasi kerusakan yang terjadi pada sistem starter (starting
system)
Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan pada kegiatan praktik antara lain:
1. Kotak alat (toolbox)
2. Motor starter terurai
3. Motor starter terangkai dalam kondisi dapat dioperasikan/hidup
4. Multi meter/multi tester/AVO meter
5. Jangka sorong (Vernier caliper)
6. Feeler gauge
7. Dial gauge
8. pull scale
9. Beterai (Accumulator / accu)
10. Kabel dengan penjepit pada kedua ujungnya
11. Lap (majun)
Keselamatan Kerja:
1. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
2. Kenakanlah pakaian kerja (wear park) selama melakukan kegiatan praktik.
3. Jika ragu-ragu dalam pelaksanaan kegiatan praktik konsultasikan terlebih
dahulu dengan guru pembimbing.
4. Hati-hati di dalam melaksanakan kegiatan praktik.
Tugas dan Evaluasi:
1. Buatlah laporan kegiatan praktik sesuai dengan job sheet praktik dan data
yang diperoleh selama melakukan kegiatan praktik!
2. Jelaskan fungsi masing-masing komponen sistem starter (starting system)!
3. Jelaskan kerusakan yang mungkin terjadi pada komponen sistem starter
(starting system)!
Media Kegiatan Praktik:
1. Buku manual (manual book) praktik
2. CD interaktif
3. Wall chart
Langkah Pemeriksaan Starter:
1. Persiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan pada kegiatan praktik!
2. Kenakanlah pakaian kerja (wear park) dengan benar dan rapi!
3. Pinjamlah peralatan dan bahan di ruang alat dan periksa kondisi alat
sebelum digunakan!
4. Lakukan pembongkaran, pengukuran, pemeriksaan dan perakitan serta
pengujian seperti di bawah ini!
Membongkar motor starter
1. Jepitlah motor starter pada ragum, buka mur pengikat klem kabel utama ke
motor starter, kemudian lepas baut/mur pemegang solenoid.
2. Lepaskan solenoid dari motor starter dengan menggoyang-goyangkan solenoid
supaya plunyernya (poros solenoid) terlepas dari tuas pengerak (drive
lever).
3. Buka tutup bantalan (bearing), dengan lidah pengukuran (feeler gauge)
periksa celah samping poros anker/jangkar (armature) antara plat pengunci
dan kerangka ujung, kemudian bandingkan hasil pengukuran dengan buku
petunjuk (spesifikasi).
4. Buka plat pengunci, pegas dan ring/karet, buka dua baut panjang dan
keluarkan kerangka ujung komutator.
5. Dengan sepotong kawat baja lepas pegas-pegas sikat (brush springs) dan
lepas sikat-sikat (brushes) dari pemegangnya
6. Lepaskan pemegang sikat dari anker/jangkar (armature)
7. Buka kerangka kumparan medan (field coil) dari rumah penggerak pinion.
8. Buka tuas penggerak dari rumah penggerak pinion dan lepaskan anker/
jangkar (armature) dari rumah pengerak
9. Dengan alat khusus keluarkan cincin penyetop dari ring pengunci dan
lepaskan ring pengunci, kemudian keluarkan pinion beserta kopling searah
(oneway clutch) bebas dan poros anker/jangkar (armature)
Membersihkan komponen-komponen motor starter
1. Bersihkan pinion beserta kopling searah (oneway clutch) dengan tanpa
dicuci
2. Bersihkan dengan bensin komponen-komponen lainnya tetapi jangan sampai
basah kuyup
3. Keringkan komponen yang dicuci, perhatikan ring-ring jangan sampai hilang
Memeriksa dan memperbaiki komponen motor starter
1. Lilitan/kumparan jangkar/anker (armature coil)
Periksa komutator dari kemungkinan putus pada sirkuitnya dengan menggunakan
ohmmeter, periksa antar segmen pada komutator dan pastikan terdapat
kontinuitas, jika antar segmen tidak ada kontinuitas disarankan untuk
melakukan penggantian armature.
Periksa ada tidaknya hubungan komutator dengan massa dengan menggunakan
ohmmeter, pastikan antarkomutator dan armature coil core tidak terdapat
kontinuitas, jika ada kontinuitas disarankan untuk melakukan penggantian
armature.
2. Komutator (commutator)
Periksa kemungkinan terdapat kotoran dan kebakaran pada permukaan komutator,
jika kotor atau terbakar, perbaiki dengan ampelas (No 400) atau mesin bubut.
Periksa run out komutator dengan menempatkan komutator pada v-blok dan
menggunakan dial gauge, ukur run out komutator. Run out maksimal adalah 0,05
mm. Jika run out melebihi nilai maksimal, perbaiki komutator dengan
menggunakan mesin bubut.
Periksalah diameter komutator dengan menggunakan jangka sorong (vernier
caliper). Diameter standar: 28 mm dan diameter minimum: 27 mm. Jika diameter
komutator kurang dari nilai minimum disarankan untuk melakukan penggantian
armature.
Periksalah kedalaman alur pada komutator, bersihkan alur dari kotoran atau
benda lain dan ratakan permukaan pada ujungnya. Kedalaman alur komutator
standar: 0,6 mm dan kedalaman minimal: 0,2 mm. Jika kedalaman alur kurang
dari nilai minimal, perbaiki dengan daun gergaji.
3. Kumparan medan (field coil)
Periksalah kemungkinan terputusnya sirkuit pada field coil dengan
menggunakan ohmmeter, periksalah kontinuitas antara kabel timah dan sikat,
jika tidak ada kontinuitas lakukan penggantian field coil.
Periksa hubungan ke massa pada field coil dengan menggunakan ohmmeter,
pastikan tidak ada kontinuitas antara ujung field coil dan field frame, jika
terdapat kontinuitas, perbaiki atau ganti field frame.
4. Sikat-sikat (brushes)
Periksalah panjang sikat dengan menggunakan jangka sorong (vernier caliper).
Panjang sikat standar: 14,00 mm dan panjang sikat minimal: 9,0 mm, jika
panjangnya kurang dari nilai minimal, gantilah pemegang sikat dari field
coil.
5. Pegas sikat (brush spring)
Periksalah beban pada pegas sikat (brush spring), baca nilai pada pull scale
ketika pegas mulai terlepas dari sikat (brush), beban pada pegas terpasang:
8,8 N sampai dengan 17,7 N, jika tidak sesuai lakukan penggantian pegas
sikat (brush spring).
6. Pemegang sikat (brush holder)
Periksalah sekat pada pemegang sikat dengan menggunakan ohmmeter, pastikan
tidak ada kontinuitas antara pemegang sikat positif (+) dan negatif (-),
jika ada kontinuitas, perbaiki atau lakukan penggantian pemegang sikat
(brush holder).
7. Kopling searah (oneway clutch) dan roda gigi pinion (pinion gear)
Periksalah kondisi gigi pada roda gigi, periksa gigi dari kemungkinan aus
atau rusak pada planetari, gigi dalam dan kopling starter. Apabila terjadi
kerusakan pada gigi, lakukan penggantian roda gigi. Jika gigi pada kopling
starter rusak, lakukan penggantian kopling starter. Periksa juga kemungkinan
aus atau rusak pada gigi ring gear.
Periksalah kopling starter dengan memutar pinion gear pada kopling searah
dengan putaran jarum jam dan periksa bahwa pinion berputar bebas.
Kemudian putarlah pinion gear pada arah berlawanan arah jarum jam, periksa
bahwa pinion terkunci, jika tidak seperti ketentuan lakukan penggantian
kopling starter.
8. Switch magnet (magnetic switch/solenoid)
Periksalah kondisi plunyer dengan menekan plunyer dan bebaskan kembali,
pastikan plunyer kembali ke posisi semula dengan cepat. Jika tidak sesuai
dengan ketentuan lakukan pengganti switch magnet. Lakukan pengujian sirkuit
pada pull-in-coil, menggunakan ohmmeter, periksalah kontinuitas antara
terminal 50 dan C, jika tidak ada kontinuitas, lakukan penggantian switch
magnet.
Lakukan pengujian sirkuit pada hold-in-coil, menggunakan ohmmeter,
periksalah kontinuitas antara terminal 50 dan bodi switch, jika tidak ada
kontinuitas lakukan penggantian switch magnet.
9. Poros planetary dan bearing tengah
Periksalah poros planetary dan bearing tengah, menggunakan mikrometer, ukur
diameter luar poros planetary yang menyentuh bearing tengah, diameter poros
standar: 14,980-15,000 mm. Menggunakan caliper gauge, ukur diameter dalam
pada bearing tengah, diameter dalam: 15,008-15,050 mm.
Sumber: Modul dan Job Sheet VEDC Malang
Kurangkan diameter poros planetary dari diameter dalam bearing, celah oli
standar untuk bearing tengah: 0,01-0,06 mm, celah oli maksimal untuk bearing
tengah : 0,2 mm, jika celahnya lebih dari nilai maksimal lakukan penggantian
poros planet carrier dan bearing tengah.
Merakit motor starter
1. Tempatkan pinion pada poros anker (armature shaft), tempatkan cincin
penyetop pada poros anker, pasang ring pengunci.
2. Dengan ragum tekan ring pengunci periksa bahwa ring pengunci terpasang
dengan benar.
3. Dengan obeng, pukul pinion dalam usaha memasukan cincin penyetop ke dalam
ring pengunci.
4. Pasang tuas penggerak (drive lever) pinion pada rumah penggerak, pasang
anker (armature) beserta pinion pada rumah penggerak, pasang kerangka
kumparan medan (field coil frame) pada anker.
5. Tempatkan pemegang sikat (brush holder) di atas poros anker (armature),
dengan sepotong kawat baja pegang pegas sikat serta pasang sikat pada
pemegang sikat.
6. Pasang kerangka ujung pada poros anker/jangkar (armature) dan pasang 2
baut panjang, pasang karet, pegas dan plat pengunci, ukur celah samping
anker antara plat pengunci dan kerangka ujung, pasang tutup bantalan dengan
dua sekrup.
7. Kaitkan solenoid pada tuas pengerak, pasang baut/mur pengikat solenoid,
pasang klem kabel utama ke motor starter.
Menguji kemampuan starter
Perhatian: untuk menghindari kebakaran pada koil, lakukan pengujian ini
selama 3-5 detik.
1. Lakukan pengujian PULL-IN dengan melepas kabel field coil dari terminal
C, menghubungkan baterai pada switch magnet seperti pada gambar di atas.
Periksa gerakan gigi pinion ke arah luar. Jika gigi pinion tidak bergerak,
lakukan penggantian switch magnet.
2. Lakukan pengujian HOLD-IN, dalam keadaan baterai terhubung seperti di
atas, dan gigi pinion keluar, lepaskan kabel negatif (-) dari terminal C dan
periksalah gigi pinion, pastikan masih tertahan diluar, jika gigi pinion
bergerak kedalam, lakukan penggantian switch magnet.
3. Periksalah gerakan kembalinya gigi pinion dengan melepas kabel negatif
(-) dari bodi switch, pastikan gigi pinion bergerak ke dalam kembali, jika
gigi pinion tidak bergerak ke dalam lakukan penggantian swicht magnet.
4. Periksalah celah gigi pinion dengan hubungkan baterai pada switch magnet
seperti pada gambar, gerakkan gigi pinion ke arah armature dan ukurlah celah
antara gigi pinion dan stop collar, celah standar: 1-4 mm.
5. Lakukan pengujian kemampuan tanpa beban dengan menghubungkan kabel field
coil pada terminal C, dan pastikan kabel tidak berhubungan dengan masa,
kemudian hubungkan beterai dan ampermeter pada starter seperti pada gambar,
pastikan starter berputar lembut dan stabil serta gigi pinion bergerak
keluar.
Jika anda merasa bahwa gambar illustrasi dan langkah kerja pemeriksaan motor
starter diatas belum jelas. Sobat boleh memilih langkah-langkah dibawah ini.
Pemeriksaan Motor Starter
Pemeriksaan Motor Starter Kendaraan Ringan - Melakukan pemeriksaan motor starter pada kendaraan ringan berikut sangat
lengkap. Uraian yang kami buatkan sangat detail sekali. Setiap bagian
bahkan yang terkecil sekali pun dibahas pada artikel ini. Tujuannya apa?
Agar pengetahuan menyeluruh tersamapaikan kepada pembaca semua.
Bagaimana jika anda awam dalam hal ini, apakah berguna? Ya, tentu saja
berguna karena anda bisa memilih bagian mana yang ingin anda lakukan. Pilih
saja langkah yang sesuai dengan masalah sistem starter yang anda miliki.
Misalnya, anda hanya ingin mengetes kinerja keseluruhan motor starter, anda
cukup mengikuti langkah pengetesan motor starter tanpa beban.
Kebetulan pembahasan ini ada pada bagian akhir.
Anda memeriksa komponen motor starter karena sudah mengetahui pasti bahwa
keluhan anda disebabkan oleh motor starter. Pekerjaan ini termasuk kerja
overhoul, pastinya akan menyita banyak waktu kerja. Sehingga alasan inilah
anda wajib memastikan betul bahwa motor starter harus dibongkar untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
Bag. 1 Pemeriksaan Komponen Motor Starter
Alat alat yang diperlukan pemeriksaan Komponen motor starter
Adapun alat-alat yang perlukan dalam pemeriksaan komponen motor starter,
berikut listnya:
- Kunci pas dan kunci ring satu set
- Multimeter, baik digital ataupun analog
- Dial Indikator Gauge
- V-block ( alat untuk mengukur run-out)
- Jangka sorong
- Thickness Gauge / Filler Gauge (alat untuk mengukur celah /gap)
- beberapa alat lain yang diperlukan, menyesuaikan
Adapun Komponen komponen motor starter dan fungsinya yang akan
diperiksa adalah
A. Magnetic Switch
Magnetic Switch |
Magnetic switch ini terdiri dari hold in coil dan pull in coil,
keduanya akan beroperasi menjadi magnet bila dialiri arus. Fungsi
magnetic switch (solenoid) terdapat dua macam yaitu :
- Menggerakkan pinion gear agar berkaitan dengan ring gear
- Saklar maknetik. Main switch atau relay yang bekerja secara elektris memungkinkan arus yang besar (langsung dari baterai) mengalir ke motor starter.
B. Armature
Armature |
Armature motor merupakan sebuah komponen yang dipakai untuk
menghasilkan daya dari mesin listrik. Nantinya komponen ini akan
membangkitkan gerak daya putar yang disebabkan perbedaan arah gaya
gerak listrik. Arah gerak tersebutlah yang nantinya ditimbulkan dari
kumparan medan.
Secara fungsi, armature adalah alat untuk mengubah energi listrik
menjadi energi gerak atau mekanik berkat gerak putar. Apabila
dilihat dari cara kerjanya, aki akan mengalirkan energi listrik ke
armature.
Nantinya armature akan mengubah arus listrik tersebut menjadi medan
magnet yang berasal dari kumparan armature. Medan magnet yang
diciptakan ini akan saling bereaksi dan saling menolak sehingga pada
akhirnya menciptakan gerakan berputar.
C. Brush
Brush dan Holder Motor Starter |
Fungsi carbon brush pada motor starter untuk meneruskan arus listrik
dari Field Coil menuju ke Armature (komponen motor starter yang
berputar) melalui komutator, untuk selanjutnya arus listrik tersebut
diteruskan kembali menuju massa/ ground.
Brush pada motor starter terbuat dari carbon dan besi, dipasang
mengelilingi komutator, sehingga jumlah carbon brush ini kerap lebih
dari satu.
D. Yoke Assembly
Yoke Assembly |
Yoke Assembly terdiri dari Yoke dan pole menjadi salah satu bagian
tubuh motor starter yang tidak bisa dipisahkan. Fungsi Yoke pada motor
starter sebagai pengikat pole core yang terbuat dari bahan bermaterial
logam dengan bentuk seperti tabung atau silinder. Secara umum, motor
jenis starter memiliki empat buah pole yang semuanya diikat dengan
yoke dengan menggunakan baut.
A. Pemeriksaan pada Magnetic Switch
1. Pemeriksaan Pull in Coil
Cara melakukan pemeriksaan pull in coil pada magnetic switch dengan
melakukan langkah berikut:
- Menggunakan Multimeter (digital ataupun analog)
- Pilih selector ke posisi OHM
- Pasang probe pada terminal 50 dan terminal C
Saat memeriksa pull ini coil, multimeter harus terdapat adanya
kontinuitas (ditandai dengan adanya perubahan nilai ukur pada AVO).
2. Pemeriksaan Hold in Coil
Cara melakukan pemeriksaan Hold in coil pada magnetic switch
dengan melakukan langkah berikut:
- Gunakan AVO meter (digital ataupun analog)
- Putar selector pada posisi OHM
- Tempatkan probe pada terminal 50 juga body magnetic switch
Ketika pemeriksaan Hold ini coil, multimeter harus mengindikasikan
adanya kontinuitas (ditandai dengan adanya perubahan nilai ukur pada
AVO).
3. Pemeriksaan Contact Plate
Cara memeriksa contact plate pada magnetic switch dengan melakukan
langkah berikut:
- Gunakan Multimeter (digital ataupun analog)
- Letakan selector pada posisi OHM
- Pasang probe pada terminal 30 dan terminal C kemudian pencet plunyer
Waktu anda melakukan pemeriksaan Contact plate, pada Multimeter harus
mengindikasikan adanya kontinuitas (ditandai dengan adanya perubahan
nilai ukur pada AVO).
1. Pemeriksaan Diameter Komutator
Cara melakukan pemeriksaan diameter komutator dengan melakukan langkah
berikut:
- Menggunakan jangka sorong / vernier caliper
- Perhatikan posisi alat ukur dan objek ukur, pastikan baik
- Lakukan pembacaan hasil pengukuran
Cara menentukan bagus atau tidaknya adalah dengan membandingkan hasil
pengukuran dengan spesifikasi pada buku manual kendaraan tersebut.
Catatan: Ganti dengan armature baru jika sudah mencapai batas
limit
2. Pemeriksaan kedalam alur setiap segmen pada komutator
Gunakan jangka sorong untuk mengukur kedalam alur (undercut) setiap
segmen pada komutator. Perhatikan gambar dibawah
Hasil pengukuran bagus jika kedalam alur memiliki tinggi lebih dari
0,2mm (normal 0,6mm)
3. Pemeriksaan Run Out Komutator
Jika pengukuran Run Out pada komutator kurang dari 0,1mm maka kondisi
komutator dianggap baik.
4. Pemeriksaan Hubungan Singkat Armatur dengan Massa
Cara melakukan pemeriksaan hubungan singkat armatur dengan massa,
lakukan langkah berikut:
- Menggunakan Multimeter (analog ataupun digital)
- Putar selector pada posisi OHM
- Pasangkan satu probe pada segmen komutator dan yang lain pada armature core (tidak ada kontinuitas/hubungan)
Catatan: Jika terdapat hubungan antara armatur coil dengan
massa, lakukanlah penggantian!
5. Pemeriksaan Hubungan Antar Segmen (Komutator)
Cara melakukan pemeriksaan hubungan antar segmen, lakukan langkah
berikut:
- Gunakan AVO meter (analog ataupun digital)
- Putar selektor pada posisi OHM
- Tempatkan kedua probe pada masing masing segmen (harus ada kontinuitas)
Catatan: Segmen-segmen pada komutator harus saling menyambung,
cek adanya kontinuitas dari seluruh segmen. Ganti jika tidak terdapat
kontinuitas pada segmen!
C. Pemeriksaan Pada Brush
1. Jumlah dan Kondisi Brush
Cara melakukan pemeriksaan jumlah dan kondisi brush dengan melakukan
langkah berikut:
- Menggunakan visual
- Hitung jumlah brush yang tersedia
- perhatikan kondisinya, jika patah atau sudah sangat pendek, ganti
Catatan: Jumlah brush yang terdapat pada holder ada empat buat.
Apabila kurang dari empat, tambahkan dengan yang baru.
2. Pemeriksaan Hubungan Brush Holder (+) dengan Brush Holder (-)
Gunakan Ohmmeter untuk memeriksa hubungan antara Brush Holder (+) dengan
Brush Holder (-), perhatikan gambar
Kondisi baik jika diantara kedua brush holder tidak ada hubungan (no
connectivity)
3. Pemeriksaan Panjang Brush
Cara melakukan pemeriksaan panjang brush/sikat dengan melakukan
langkah berikut:
- Menggunakan vernier caliper/jangka sorong
- cara melakukan pengukuran panjang brush tempatkan pada posisi yang tepat kemudian lakukan pembacaan hasil pengukuran.
Catatan: Bandingkan panjang brush hasil pengukuran dengan batas
limit yang diperbolehkan dengan melihat buku manual kendaraan. Ganti
brush jika panjangnya sudah kurang dari batas spesifikasi yang
diizinkan.
1. Pemeriksaan Field Coil
Cara melakukan pemeriksaan fild coil, lakukan langkah berikut:
- Gunakan AVO meter (analog ataupun digital)
- Putar selektor pada posisi OHM
- Tempatkan probe pada brush yang bersebrangan dan pada kondisi ini harus terdapat kontinuitas.
- Pemeriksaan field coil berarti anda sedang memeriksa kumparan medan dari kemungkinan putus.
Catatan: Jika tidak terdapat kontinuitas artinya kumparan medan telah
putus, segeralah lakukan penggantian/perbaikan!
2. Pemeriksaan Kumparan Medan Terhadap Hubungan Singkat dengan
ground
Cara melakukan pemeriksaan hubungan singkat field coil dengan massa,
lakukan langkah berikut:
- Gunakan AVO meter (analog ataupun digital)
- Putar selektor pada posisi OHM
- Tempatkan salah satu probe pada brush dan satunya lagi pada body yoke (Harus tidak ada kontinuitas/hubungan)
Catatan: Jika pada pemeriksaan ini terdapat hubungan singkat antara
field coil dengan body yoke segera lakukan perbaikan!
1. Pemeriksaan Starter Clutch
Komponen berikutnya yang masuk kedalam pemeriksaan motor starter adalah
pemeriksaan kondisi Overrunning clutch.
Periksa starter clutch dengan cara putar starter clutch searah jarum jam
maka pinion gear akan dapat berputar bebas. Kemudian putar starter
clutch berlawanan arah jarum jam dan pinion gear akan terkunci.
Perhatikan pada gambar dibawah berikut
Motor starter yang bermasalah pada overruning clutch akan menyulitkan
kita pada situasi penting. Overrunning clutch dalam kondisi baik jika
pinion gear diputar searah jarum jam dia dapat berputar, sedangkan
jika diputar kebalikannya, gear pinion akan terkunci.
Bag. 2 Pengetesan dan Pengujian Motor Starter
Untuk mengetahui kemampuan motor starter, lakukan pengetesan dan
pengujian motor starter setelah semua bagian dirakit dengan baik.
Langkah tes kemampuan motor starter ini juga berguna sebagai langkah
antisipasi memastikan motor starter telah bekerja dengan baik sebelum
dipasangkan ke uni engine.
Alat alat memeriksa motor starter
Apa saja peralatan yang perlukan dalam pemeriksaan motor starter,
berikut daftarnya:
- Baterai terisi penuh untuk pengetesan motor starter
- Beberapa buah Kabel jumper
- Serta beberapa alat lain yang dibutuhkan
Cara mengetes pull in coil dan hold in coil
Cara mengetes pull in coil dan hold in coil secara ringkas adalah
lepas kabel kumparan medan dari terminal C, menghubungkan positif
baterai ke terminal 50 dan negatif baterai ke terminal C dan bodi.
Gigi pinion harus bergerak maju, jika tidak bergerak ganti
solenoid. Pada saat gigi pinion maju (seperti pengetesan diatas)
lepaskan kabel negatif dari terminal C.
1. Pull In Coil Test
Langkah dalam pengetesan pull in coil yang harus dilakukan:
- Menghubungkan terminal pada magnetic switch dengan baterai
- Baterai negatif dihubungkan ke body motor starter dan terminal C
- Baterai positif dihubungkan ke terminal 50 magnetic switch
Jika pinion gear bergerak keluar maka Pull in Coil dalam keadaan baik
Pemeriksaan Pull in Coil berfungsi untuk mengetahui apakah kumparan
untuk Pull in Coil di dalam magnetic switch ini masih bisa menarik
plunger ke dalam magnetic switch atau tidak. Ketika plunger tertarik
kedalam, maka Pinion Gear akan bergerak kearah luar mendekati ring
gear.
Hasil setelah pemeriksaan ;
Jika pinion gear bergerak ke arah luar maka kondisi kumparan pull in
coil (kumparan penarik) masih dalam keadaan baik.
Catatan 1: Setiap pengetesan dibawah ini lebih baik dilakukan
tidak lebih dari lima (5) detik untuk menghindari kerusakan komponen
elektrik pada motor starter.
Saat melakukan Pull In Coil Test, anda juga dapat melakukan
pemeriksaan Pinion Gap stater motor. Pinion gap ini berfungsi
untuk mencegah kerusakan Pinion Gear saat terjadi kontak dengan ring
gear. Ukuran pinion gap stater motor ini berbeda-beda tergantung
tipe motor starter dan jenis mobilnya.
Namun dari beberapa literatur yang autominilab peroleh, Standar
ukuran pinion gap starter motor ini berkisar diantara 0,05 mm hingga
0,2 mm. Kurang dari 0,05 mm pinion gear dapat macet, jika lebih dari
0,2 mm maka pinion gear dapat cepat aus dan rusak.
Untuk mengukurnya, cukup gunakan thickness gauge/ filler gauge yang
dipasangkan pada celah pinion gap tersebut. Berikut gambar posisi
pinion gap starter motor
Catatan 2: Jika pada pemeriksaan pull in coil ternyata pinion
gear tidak bergerak artinya Magnetic switch sudah tidak layak pakai
2. Hold In Coil Test
Langkah dalam pengetesan Hold in coil yang harus dilakukan:
- Lanjutan dari Pull in coil
- Tinggal lepaskan kabel yang tersambung ke terminal C
- Ketika terminal C dilepas, pinion gear harus tetap diluar (tidak kembali ke posisi semula).
Saat Hold In Coil aktif dan bekerja, maka pinion gear harus tetap pada posisi keluar.
Keterangan :
Pengetesan Hold in Coil Test ini merupakan langkah lanjutan setelah
pengetesan Pull In Coil. Jadi, setelah pinion gear bergerak kearah
luar / maju segera lepaskan kabel dari negatif baterai yang menuju
ke terminal C. Saat kabel dilepas maka pinion harus tetap keluar.
Pemeriksaan Hold In Coil ini bermanfaat untuk memeriksa kondisi
kumparan Hold in coil. Apabila pinion gear tetap berada diluar dan
tidak kembali masuk, maka Hold In coil dalam keadaan BAIK.
II. Tujuan pengujian motor starter dengan tanpa beban
Adapun tujuan dari pengujian motor starter dengan tanpa beban adalah
mengetahui kinerja keseluruhan motor starter. Hasil yang diinginkan
adalah pinion bergerak sesuai jarak, armature berputar dengan mulus
tanpa tersendat.
3. Plunger Return Test
Langkah dalam melakukan pengetesan kembalinya plunyer adalah:
- Lepaskan kabel yang terhubung ke massa/body motor starter. Saat massa dilepas maka pinion gear harus kembali pada posisi semula.
Segera setelah kabel aki dilepas dari body motor starter, maka pinion gear harus langsung bergerak masuk kedalam starter motor menuju ke posisi awal.
Keterangan :
Plunger Return Test adalah test yang dilakukan untuk memeriksa
apakah plunger di dalam magnetic switch bisa bergerak bebas dan bisa
kembali ke posisinya yang semula akibat dorongan dari pegas di dalam
magnetic switch.
Pemeriksaannya masih melanjutkan dari langkah sebelumnya. Setelah
Anda melepas kabel aki dari Terminal C untuk Hold In coil Test,
langkah selanjutnya adalah melepaskan kabel aki yang menempel pada
Ground / massa motor starter. Perhatikan pada gambar diatas,
plunger return test.
4. Pengetesan Motor Starter Tanpa Beban
Langkah dalam melakukan pengetesan tanpa beban adalah:
- Memasang kembali kabel motor starter yang dilepas pada saat pemeriksaan pull in coil ke terminal C
- Menghubungkan kabel positif baterai ke terminal positif ampere meter
- Menghubungkan terminal out ampere meter pada terminal 30
- Menghubungkan negatif baterai pada body motor starter
- Menguhubungkan terminal 30 ke terminal 50 (saat kondisi ini motor starter akan berputar)
Kesimpulan
- Pemeriksaan motor starter sangat lengkap diperlukan untuk kemudahan anda memilih langkah yang sesuia kondisi yang anda hadapi.
- Selalu menggunakan tabel spesifikasi sesuai unit kendaraan anda. Agar tidak salah dalam membuat keputusan.
- Jangan memaksakan starter hidup lebih dari sepuluh (10) detik, hal ini membuat motor overheatting atau bahkan hangus.
- Kosti Sitorus
SOAL ESSAY
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan bagaimana cara memeriksa solenoid atau switch starter (magnetic
switch) pada motor starter!
2. Jelaskan bagaimana cara memeriksa kumparan jangkar atau kumparan rotor
(armature)!
3. Jelaskan dengan gambar cara memeriksa drop tegangan pada saat distarter!
4. Bagaimanakah cara magnetic switch memajukan pinion gear!
5. Gambarkan rangkaian sistem starter pada kendaraan!
❤❤❤❤❤❤❤
Demikian pembahasan mengenai menerapkan cara perawatan sistem starter
pada kendaraan. Semoga bisa bermanfaat.