Tujuan Pembelajaran Menerapkan Cara Perawatan sistem pelumasan, antara lain:
- Siwa Mampu memahami kinerja sistem pelumas
- Siswa mampu memahami jenis-jenis pelumas
- Siswa mampu melakukan pemeriksaan sistem pelumas
- Siswa mampu melakukan perawatan berkala sistem pelumas
Modul ini untuk kompetensi dasar (KD 3.2) Menerapkan Cara Perawatan SISTEM
PELUMASAN akan membahas materi-materi berikut, antara lain:
A. Sistem Pelumas
Sistem pelumasan merupakan salah suatu sistem pelengkap pada suatu kendaraan
dengan tujuan mengatur serta menyalurkan minyak pelumas ke seluruh bagian
mesin. Minyak Pelumas yang digunakan pada suatu mesin kendaraan mobil adalah
oli mesin, yang berfungsi untuk mengurangi berbagai efek gesekan antar
komponen mesin serta berperan dalam menyerap panas yang ditimbulkan oleh
gesekan antara bagian-bagian mesin yang sedang bergerak. Sistem pelumasan
yang biasa dikenal ada dua macam yaitu sistem pelumasan kering dan sistem
pelumasan basah.
1. Sistem Pelumasan Kering (Dry Pump System)
Sistem pelumasan kering adalah suatu sistem pelumasan di mana pada tangki
minyak pelumas di tempatkan di ruang mesin sehingga ruang karter selalu
kering. Sistem pelumasan ini minyak pelumas mengalir dari bak minyak pelumas
yang berada di luar mesin, kemudian mengalir ke bagian-bagian yang perlu
dilumasi dengan perantara pompa minyak pelumas.
Gambar 2.2 Sistem Pelumasan Kering |
2. Sistem Pelumasan Basah (Wet Pump System)
Sistem pelumasan basah adalah suatu sistem pelumasan yang menggunakan tangki
oli/karter oli pada bak engkol sehingga ruang bak engkol selalu basah. Pada
pelumasan ini proses pelumasannya lebih sempurna, karena dalam tangki oli
selalu basah oleh oli dan pada bak engkol selalu terkena oli sehingga proses
kerja mesin lebih baik. Hampir semua mobill menggunakan sistem ini karena
sistem ini dianggap lebih baik proses pelumasannya.
Gambar 2.3 Sistem Pelumasan Basah |
Fungsi Sistem Pelumasan
Pelumas pada kendaraan Sumber Daryanto Reparasi Sistem Pelumasan Mobil
berfungsi sebagai:
a. Mendinginkan komponen mesin yang bergesekan
Gambar 2.4 Mendinginkan komponen mesin |
b. Melindungi komponen dari keausan akibat gesekan
Gambar 2.5 Menjaga keausan komponen mesin |
c. Sebagai pembersih komponen mesin dari hasil gesekan antar komponen
Gambar 2.6 Menjaga komponen mesin tetap bersih |
d. Melindungi komponen dari karat.
Gambar 2.7 Pelumas melindungi dari karat |
e. Mencegah dan meredam terjadinya suara berisik karena gesekan.
Gambar 2.8 Peredam suara dari gesekan
|
f. Sebagai zat perapat antara poros dan bantalan serta antara cincin torak
dan silinder.
Gambar 2.9 Pelumas sebagai zat perapat |
Ditinjau dari fungsinya sistem pelumasan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa semua oli/pelumas memiliki fungsi yang sama yaitu :
a. Sebagai fungsi pelumasan
Oli mesin melumasi permukaan dari komponen mesin yang bersinggungan dengan
komponen yang lain, dengan cara membentuk lapisan film oil. Lapisan oli (
oil film ) tersebut berfungsi mencegah kontak langsung antara permukaan
metal yang bersinggungan dan membatasi keausan dan kehilangan tenaga yang
minim akibat gesekan. Sehingga komponen mesin tetap dalam kondisi baik.
b. Sebagai pendingin
Pembakaran menimbulkan panas dan komponen mesin akan menjadi panas sekali.
Hal ini akan menyebabkan keausan yang cepat, bila tidak diturunkan
temperaturnya. Untuk menghindari hal ini oli harus disirkulasikan di
sekeliling komponen agar dapat menyerap panas dan mengeluarkannya dari
mesin.
c. Sebagai pencegah terjadinya karat
Fungsi minyak pelumas yang lain adalah pencegah terjadinya karat pada mesin
yang diakibatkan oleh terbentuknya asam selama proses pembakaran bahan bakar
berlangsung. Karena pada suhu mesin dalam keadaan mesin dihidupkan,
asam-asam yang terbentuk berupa gas yang akan dibuang melalui emisi gas
buang, tetapi dalam keadaan temperatur mesin rendah asam-asam ini akan
berkondensasi dan akibatnya mesin menjadi berkarat dibagian dalam. Bila
minyak pelumas yang digunakan mengandung sedikit akkaline, maka asam-asam
yang terkandung pada mesin tersebut dapat dinetralisir. Sehingga komponen
mesin tetap terjaga.
d. Sebagai pembersih
Kotoran (lumpur) akan mengendap dalam komponen–komponen mesin. Ini menambah
pergesekan dan menyumbat saluran oli. Oli akan membersihkan kotoran yang
menempel tersebut untuk mencegah pengendapan yang menyebabkan oli tertimbun
dalam mesin.
e. Sebagai bahan perapat
Oli mesin membentuk semacam lapisan antara piston dengan blok silinder. Ini
berfungsi sebagai perapat (seal) yang dapat mencegah hilangnya tenaga mesin.
Sebaliknya bila ada kebocoran maka gas campuran yang dikompresikan atau gas
pembakaran akan menekan di sekeliling piston dan masuk ke dalam bak engkol,
berarti akan kehilangan tenaga.
f. Sebagai penyerap getaran
Oli mesin menyerap getaran yang terjadi akibat gesekan antar komponen
sehingga suara dan getaran yang berisik tidak terdengan keluar mesin
kendaraan.
B. Jenis-jenis Pelumas
1. Klasifikasi minyak pelumas
a. Menurut kekentalan (viskositas)
Kekentalan menunjukkan ketebalan atau kemampuan untuk menahan aliran suatu
cairan (weight viscosity). Viscosity indeks adalah istilah yang digunakan
untuk menyatakan angka perubahan kepekatan minyak pelumas pada temperatur
tertentu.
Minyak pelumas yang kental mempunyai indeks viscosity yang tinggi, sedangkan
minyak pelumas yang encer mempunyai indeks viscosity yang rendah.
Berdasarkan badan internasional SAE (Society of Automotive Engineers) minyak
pelumas/oli dibuat standar kekentalan dengan awalan SAE di depan sebgai
indeks kekentalan.
Lembaga ini (SAE) membuat klasifikasi pelumas menurut tingkat kekentalan
pada temperatur 400 C, 1000 C dan beberapa temperatur rendah (di bawah 00C).
Beberapa pabrikan kendaraan menentukan persyaratan minimal bagi kekentalan
pelumas mesin yang dapat digunakan untuk kendaraan yang akan diluncurkan di
pasaran.
Viskositas (kekentalan) pelumas yang berbeda-beda dimaksudkan untuk
penggunaan yang berbeda-beda pula sesuai konstruksi mesin dan menjadikan
salah satu kelebihan dari suatu kendaraan yang akan dipasarkan. Sehingga
konsumen dapat lebih memilih produk kendaraan yang di pasarkan. Masalah
kekentalan hampir sama pada setiap pelumas, pelumas yang baik akan tetap
bertahan kekentalannya dalam jangka waktu pemakaian normal.
Gambar 2.10 Kekentalan pelumas
Dari gambar 2. Terlihat jelas bahwa suhu suatu tempat sangat berpengaruh
terhadap pelumas yang harus digunakan oleh suatu kendaraan. Dalam dunia
otomotif terdapat dua jenispelumas menurut kekentalannya dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1) Minyak pelumas yang berderajat kekentalan tunggal (Single Grade Oil)
2) Minyak pelumas yang berderajat kekentalan ganda (Multi Grade Oil)
Dimana keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain :
1) Minyak pelumas yang berderajat kekentalan tunggal (Single Grade Oil)
Yaitu pelumas yang mempunyai satu sifat kekentalan saja, misal SAE 10, SAE
20, SAE 30 dan masih banyak lagi. Single grade oil adalah penentuan
kekentalan pada suhu udara normal yaitu 20°C mempunyai tingkat kekentalan
tertentu, maka pada saat di kondisi suhu yang lebih rendah kondisi pelumas
akan menjadi lebih pekat atau kental dan pada suhu yang lebih tinggi akan
menjadi lebih encer tingkat kekentalannya, sehingga kinerja mesin akan lebih
maksimal dan tidak akan mengganggu kinerja mesin.
Kelemahan pelumas tipe ini adalah suatu kinerja mesin akan terganggu jika
suhu terus berubah-ubah, karena pelumas ini terpengaruh oleh kondisi disuatu
tempat. Semakin lama kendaraan bekerja dan kualitas pelumas menurun maka
dapat dipastikan akan mengganggu kinerja mesin. Bayangkan jika menggunakan
oli single grade SAE 40W.
Memang di saat mesin bekerja dan temperatur mesin meningkat, oli akan
bekerja dengan baik untuk menghindari komponen mesin saling bergesekan.
Namun saat mobil ingin dinyalakan di keesokan paginya, kondisi mesin mobil
sudah dingin, lalu oli mesin yang digunakan memiliki tingkat kekentalan yang
tinggi.
Maka yang terjadi adalah oli tidak akan terpompa sehingga tidak dapat
melumasi mesin dengan maksimal. Sehingga perawatan dan pemeriksaan kendaraan
yang menggunakan tipe pelumas ini harus berkala dan dalam jangka waktu yang
tidak lama.
2) Minyak pelumas yang berderajat kekentalan ganda (Multi Grade Oil)
Yaitu pelumas yang mempunyai sifat kekentalan ganda (multi grade oil), biasa
disebut oil special. Minyak pelumas multi grade kekentalannya tidak
terpengruh oleh adanya perubahan temperatur karena adanya penambahan aditif
khusus yang dapat memperbaiki indeks viskositasnya serta akibat bahan dasar
pelumasnya sendiri yang relatif kental.
Misalnya SAE 10W/30, SAE 10W/40, SAE 20W/50, dan masih banyak lagi. SAE 10W-
30 maksudnya bahwa oli mesin standar olinya SAE 10 pada -20 oC dan standar
oli sampai SAE 30 pada 100 oC. Kode huruf W adalah kependekan dari Winter
(musim dingin) yang menunjukkan derajat viskositas pada -17,8 0C / -20 oC
yang merupakan patokan pada viskositas mesin untuk start saat keadaan
dingin.
Berarti oli tersebut telah mengalami uji tes pada musim dingin dan memiliki
sifat kekentalan SAE 10 dan SAE 30, sehingga dalam keadaan dingin oli
tersebut tidak terlalu pekat. Selain itu oli ini akan berubah menjadi lebih
encer setelah temperatur menjadi lebih panas. Kelebihannya pelumas ini lebih
lama penggantiannya dibanding dengan tipe (Single Grade Oil).
Gambar 2.12 Pelumas tipe Multi Grade Oil |
3) Menurut kualitas (API) American Petroleum Institute
Sebuah badan American Petroleum Institute (API) membuat standar minyak
pelumas berdasarkan kinerja mesin, kualitas serta berkaitan dengan jenis
tugas kendaraan tersebut (beban). Untuk motor bensin dengan kode huruf awal
S (Service atau Spark), sedangkan untuk mesin diesel diberi awalan huruf C
(Comercial). Sedangkan untuk mesin bensin dengan indeks A, B, C, D, F, G, H,
J dan L. Huruf-huruf ini menunjukkan pengelompokan beban minyak pelumas
dengan kode:
- SA adalah minyak murni tanpa bahan tambahan (aditif).
- SB adalah untuk mesin operasi ringan atau jarang digunakan.
- SC adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 1964 -1967.
- SD adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 1968 -1790.
- SE adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 1971 ke atas.
- SF adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 1980 ke atas.
- SG adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 1989 keatas.
- SH adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 1993 ke atas.
- SJ adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 1997 ke atas.
- SL adalah untuk mesin kendaraan buatan tahun 2001 keatas.
Indeks klasifikasi API diatas diambil dari Anonim, 2005. Cara Smart Memahami
Pelumas. Jakarta : PT. Pertamina
Gambar 2.13 Contoh Pelumas berdasarkan API |
4) Menurut Penggunaan
a) Minyak pelumas mesin
Penggunaan minyak pelumas pada mesin sangat dibutuhkan agar mesin dapat
bekerja dengan optimal. yang berfungsi untuk mengurangi seminimal mungkin
gesekan dan sebagai penyerapan panas yang ditimbulkan oleh gesekan antara
bagian-bagian komponen mesin yang sedang bergerak. Minyak pelumas untuk
mesin mempunyai kekentalan yang berbeda- beda supaya dapat disesuaika
menurut penggunaan, misalnya untuk minyak pelumas singgle grade SAE 30, SAE
40, SAE 50 dan untuk pelumas multi grade SAE 10W-30, SAE 20W-40, SAE 20W-50
dan masih banyak lagi.
Gambar 2.14 Contoh Pelumas mesin
|
b) Minyak pelumas roda gigi (Gear Oil)
Pelumas mesin dengan pelumas roda gigi jelas berbeda. Perbedaan tersebut
terletak pada kekentalannya. Untuk melumasi roda gigi seperti transmisi
manual dan deferensial digunakan minyak pelumas dengan viskositas yang
tinggi (SAE 90-140), agar mampu bertahan terhadap variasi temperatur yang
rendah dan daya rekat yang tinggi.
Sedangkan untuk API servisnya diawali dengan huruf GL (Gear Lubricant).
Minyak pelumas yang digunakan untuk deferential harus mengandung extreme
pressure additives, karena minyak pelumas yang mengandung extreme pressure
additives ini akan berguna bila minyak pelumas yang biasa tidak mampu
bertahan pada tekanan yang tinggi diantara gigi-gigi pada roda gigi, dan
ditambah lagi dengan temperatur yang tinggi akibat adanya gaya bergesek dari
roda gigi tersebut.
Gambar 2.15 Contoh pelumas roda gigi |
c) Minyak pelumas transmisi otomatis (Automatic Transmission
Fluid)
Minyak pelumas pada transmisi otomatis diperlukan minyak pelumas yang ber
kualitas tinggi dan tahan terhadap kenaikan temperatur yang tinggi antara
-250 C sampai 1700 C. Sedangkan tipe-tipe ATF adalah Dexkron atau Dextron II
biasa digunakan untuk power steering, dan DIA QUEEN ATF SP untuk transmisi
otomatis.
Gambar 2.16 Contoh pelumas transmisi otomatis |
C. Komponen Sistem Pelumas
Pada kendaraan terdapat komponen yang saling mendukung salah satunya pada
sistem pelumas. Apabila salah satu saja komponen mendapat kerusakan maka
akan berimbas pula pada kinerja komponen lainya.
Sehingga perawatan pada setiap komponen harus sering dilakukan sesuai jadwal
perawatan yang telah ditentukan. Berikut adalah komponen sistem pelumas yang
umum terdapat pada kendaraan bermobil:
1. Pompa Oli
Pompa ini adalah bagian dari sistem pelumasan yang berfungsi mengalirkan
minyak pelumas dengan cara membuat memberikan tekanan antara saluran dari
bak minyak pelumas dengan saluran sistem pelumasan. Pompa minyak pelumas ada
yang digerakkan oleh nok (cam shaft), poros engkol, dan timing belt.
Pompa minyak pelumas yang digerakkan oleh sumbu nok, membran yang terdapat
dalam pompa minyak pelumas digerakkan dengan bantuan nok melalui semacam
lengan, yang kemudian akan mempompa oli masuk dalam sistem pelumasan.
Pompa oli yang digerakkan oleh poros engkol adalah suatu pompa oli yang
proses kerjanya dibantu dengan putaran poros engkol, jadi membran yang
terdapat pada pompa oli digerakkan dengan bantuan poros engkol. Pompa oli
yang digerakkan digerakkan dengan timing belt adalah suatu pompa oli
Gambar 2.17 Pompa oli |
2. Alat Pengatur Tekanan Oli (Relief Valve)
Alat pengatur tekanan oli letaknya menjadi satu dengan pompa oli. Alat ini
berfungsi untuk mengendalikan jumlah dan tekanan minyak pelumas yang dipompa
agar tidak terjadi tekanan yang berlebihan apabila mesin bekerja pada
putaran tinggi, karena dapat menyebabkan kerusakan pada filter oli.
Gambar 2.18 Alat pengukur tekanan oli |
3. Oil pressure swicth
Berfungsi sebagai penanda volume oli pada mesin. Dimana pengemudi hanya
cukup melihat lampu oli pada dasbord yang ada didalam cabin. Pada kondisi
normal, lampu oli akan hidup pada saat mesin Off, dan mati pada saat mesin
berputar ( On). Jika yang terjadi sebaliknya, maka terjadi malfungsi pada
volume oli.
Gambar 2.19 Oil pressure swicth |
4. Oil Pan ( Panci Oli )
Berfungsi sebagai wadah oli, dimana pada bagian bawah oil pan ada sebuah
baut yang berfungsi sebagai saluran pembuangan pada saat oli diganti.
Gambar 2.20 Oil Pan |
5. Oil Strainer ( saringan oli kasar )
Berfungsi sebagai saringan oli kasar yang menyaring oli langsung dari panci
oli sebelum disalurkan ke saringan oil filter.
Gambar 2.21 Contoh Oil strainer |
6. Oil Stick ( Stick Oli )
Berfungsi sebagai pengontrol volume oli dan kwalitas oli dari luar mesin.
Gambar 2.22 Contoh oil stik |
7. Oil Filter ( saringan oli )
Berfungsi menyaring oli yang berasal dari oil strainer yang selanjutnya akan
disalurkan ke semua komponen - komponen mesin melalui lubang - lubang oli
kecil pada komponen mesin.
Gambar 2.23 Oil filter |
D. Prinsip kerja sistem pelumas
Semua komponen memiliki fungsi dan tugas masing-masing. Demi menunjang
sistem agar terus bekerja maka , maka semua komponen harus dalam kondisi
bagus. Dalam sistem pelumas pada saat kondisi normal, oli terkumpul pada bak
oli atau karter yang terletak pada bagian paling bawah mesin. Sementara itu,
pompa oli memiliki input yang digerakan dari engkol mesin. Umumnya pompa ini
menggunakan rotary pump.
Gambar 2.24 Prinsip kerja sistem pelumas |
- Ketika mesin start, poros engkol akan memutar pompa oli akibatnya terjadi sedotan pada bagian inlet hose oil pump.
- Oli masuk kedalam pompa melalui inlet valve dan pada sisi lainnya oli ditekan oleh pompa.
- Oli bertekanan tersebut mengalir melalui jalur oli masuk kedalam filter oli.
- Didalam filter, oli disaring dari berbagai kotoran dan kerak.
- Setelah disaring, oli kemudian disalurkan melalui oil feed menuju bagian atas mesin dan ke oil jet,
- Sampai diatas mesin, oli secara otomatis akan melumasi poros cam dan rocker arm selanjutnya oli kembali ke carter melalui saluran oli disamping blok silinder.
- Sementara itu, oli akan keluar dalam bentuk semprotan dari oil jet dibagian bawah silinder untuk melumasi bagian piston dan connecting rod.
- Dibagian poros engkol terdapat komponen weight balance, yang berbentuk seperti sekop. Sehingga ketika poros engkol berputar oli dari karter akan diobrak-abrik oleh weight balance agar tersebar ke seluruh bagian mesin.
E. Pemeriksaan sistem pelumas
Setiap komponen memliki standarisasi tersendiri, semakin seringnya digunakan
maka komponen tersebut rentan dalam kondisi menurun, Begitu pula pada
komponen sistem pelumas. Berikut adalah pemeriksaan pada komponen sistem
pelumas:
1. Pemeriksa pompa oli (drive rotor dan driven rotor)
Jika celah ujung rotor sudah melebihi limit, maka lakukan penggantian
terhadap rotor pompa oli baik inner rotor maupun outer.
STD : 0,04-0,16 mm
Limit : 0,2 mm
Gambar 2.25 Pemeriksaan Pompa Oli |
2. Pemeriksaan katup relief valve / katup pengatur tekanan minyak pelumas.
Periksa katup relief valve dengan cara lapisi katup dengan oli mesin dan
periksa bahwa ia jatuh dengan lembut kedalam lubang katup dengan beratnya
sendiri, bila katup tidak jatuh dengan lembut maka ganti katup atau rakitan
pompa. Lakukan juga pemeriksaan pada pegas katup pembebas pompa oli
kemungkinan pegas sudah lemah, jika pegas lemah ganti pegas dengan yang
baru.
Gambar 2.26 Pemeriksaan Katup relief valve / katup pengatur tekanan minyak pelumas |
3. Pemeriksaan packing set maupun oil seal pada unit pompa
Packing set pada sambungan-sambungan pompa minyak pelumas harus selalu dalam
keadaan baik, karena pengaruh panas dan pelumasan packing set yang terbuat
dari kertas dan seal perapat sambungan yang terbuat dari karet lama kelamaan
akan mengalami kerusakan. Jika terjadi kerusakan pada komponen tersebut akan
menyebabkan kebocoran minyak pelumas.
Gambar 2.27 Pemeriksaan packing/Oil Seal |
4. Pemeriksaan kerataan blok silinder
Periksa kerataan blok silinder karena akan berpengaruh terhadap kebocoran
minyak pelumas.
Spesifikasi kebengkokan kepala silinder : 0.05 mm
Spesifikasi kebengkokan silinder blok : 0,05 mm
Gambar 2.28 Pemeriksaan Kerataan blok Silinder |
5. Pemeriksaan Kwalitas Oli
Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa oli dari berubah warna atau sudah
encer sekali. Biasanya oli berubah warna menjadi hitam sekali padahal oli
baru, kekentalan oli encer sekali, dan oli bercampur dengan butiran-butiran
mengkilap. Bila kualitas oli buruk maka gantilah oli sesuai dengan
spesifikasi oli.
Gambar 2.29 Pemeriksaan Kualitas Oli |
F. Perawatan sistem pelumas
Perawatan pada sistem pelumas harus sering dilakukan sesuai dengan servis
berkala yang tertera pada data servis mobil. Berikut adalah perawatan
berkala pada sistem pelumas:
1. Periksa volume minyak pelumas
Mengambil dari informasi buku pedoman pemilik mobil Toyota, caranya sangat
mudah. Berikut penjelasannya:
- Posisikan kendaraan di tempat yang rata. Segera sesudah memanaskan mesin dan mematikannya, tunggu lebih dari lima menit agar oli mengalir kembali ke bagian bawah mesin.
- Kemudian, pegang kain lap di bawah ujungnya, lalu tarik dipstick (stick pengukur oli) keluar dan bersihkan.
- Apabila sudah, masukkan kembali dipstick dan pegang kain lap di bawah ujung kain lap, tarik keluar dan periksa level oli. Kalau berada di garis pertama menandakan rendah, baris kedua normal, dan ketiga artinya terlalu banyak.
- Langkah akhir, bila sudah mengetahui kondisi oli mesin tersebut, tahap selanjutnya membersihkan dipstick dan masukkan kembali seperti posisi semula.
Gambar 2.30 Pemeriksaan volume minyak pelumas |
2. Pemeriksa kebocoran baut pembuangan
Cara memeriksa kebocoran baut pembuangan oli (oil drain) sangat mudah.
Dibawah ini langkah memeriksanya, antara lain:
- Posisikan kendaraan pada tempat aman, dan rata.
- Naikkan kendaraan hingga bisa mengakses bagian bawah kendaraan.
- Gunakan jack stand untuk mengunci/mengamankan kendaraan yang diangkat
- Selanjutnya masuk kebagian bawah/kolong mobil untuk memeriksa oli drain
- Tahap akhir, jika sudah selesai, turunkan kembali kendaraan seperti semula.
Gambar 2.31 Pemeriksaan baut pembuangan oli |
Demikian modul untuk materi PMKR KD 3.2
menerapkan cara perawatan sistem pelumasan ini. Semoga bisa
membantu.