Menerapkan Cara Perawatan Antilock Break System (ABS) | Antilock
Break System (ABS) merupakan salah satu bagian utama dari setiap kendaraan
karena memiliki fungsi penting dalam pengoperasian kendaraan. Pada umumnya
kendaraan memiliki tenaga yang cukup untuk bergerak pada berbagai kondisi atau
keadaan, di mana tenaga tersebut diperoleh dari motor melalui pembakaran bahan
bakar dalam silinder.
Kendaraan bergerak dan berjalan pada jalan yang tidak selalu rata, kadang
mendaki dan menurun. Demikian juga, tidak hanya berjalan pada jalan yang lurus
terkadang kendaraan berbelok saat berada pada tikungan dan berhenti sacara
tiba-tiba. Untuk mengatasinya, maka setiap kendaraan harus dilengkapi dengan
sistem pengereman yang lebih aman.
Pada saat pengemudi menginginkan kendaraan berhenti secara tiba-tiba serta
ingin memperlambat laju kendaraan, maka rem sangat dibutuhkan untuk mengontrol
kecepatan kendaraan (Deton,T. 2006, dalam Mende, Jeversen dan Tertius V. Y .
Ulaan 2008: 81).
Menerapkan Cara Perawatan Antilock Break System (ABS)
Bacalah uraian berikut ini dengan cermat dan teliti! Kamu telah mempelajari
materi mengenai rem konvensional pada pembahasan sebelumnya. Rem konvensional
yang telah kamu pelajari adalah rem tromol dan rem cakram. Kamu juga telah
mempelajari mengenai rem parkir. Pada bab ini, kamu akan mempelajari mengenai
sistem rem yang dibuat dengan teknologi modern, yaitu rem ABS atau Anti-lock
Brake System.
Pernahkah kamu melihat mobil-mobil yang melaju kencang di jalan, terutama
jalan tol? Mobil-mobil yang melaju dengan kencang apalagi dijalan yang licin
tentu akan membuat pengemudi kesulitan saat akan melakukan pengereman mendadak
seperti: mobil di depannya yang tiba-tiba berhenti atau saat berada di lampu
merah. Untuk itu, mobil dilengkapi dengan fitur rem ABS yang memungkinkan
pengemudi mendadak mengerem kendaraan.
Sesuai namanya, rem ABS ini untuk menghentikan penguncian di roda saat terjadi
pengereman yang mendadak atau terlalu keras. Sehingga, laju kendaraan dapat
dikendalikan. Kendaraan yang tidak dilengkapi dengan rem ABS akan kehilangan
kendali dan terbalik apabila pengemudi mengerem kendaraan dengan mendadak.
Hal ini karena roda telah terkunci sedangkan kendaraan masih melaju.
Perhatikan Gambar 8.1 berikut ini agar kamu dapat membedakan kendaraan yang
menggunakan rem ABS dan tidak menggunakan rem ABS!
Gambar 8.1 Perbandingan kendaraan dengan rem ABS dan tanpa rem ABS |
Gambar 8.1 menunjukkan pengereman kendaraan yang menggunakan rem ABS dan
kendaraan yang belum menggunakan rem ABS. Pada saat mengerem mendadak,
pengemudi cenderung menginjak pedal rem dalam sehingga membuat ban mengunci
sehingga ban kehilangan grip, kendaraan akan terus meluncur dan sangat sulit
untuk dikendalikan. Teknologi ABS sangat membantu kendaraan untuk dapat
menghindari dari kecelakaan saat melakukan pengereman mendadak.
Untuk kendaraan yang belum menggunakan teknologi ABS, lebih sulit untuk
menghindari kecelakaan apabila teknik pengereman tidak benar. Dengan demikian,
kendaraan yang menggunakan rem ABS lebih aman daripada yang tidak
menggunakannya.
Pada bab ini kamu akan mempelajari mengenai rem ABS dan cara perawatannya.
Pelajarilah uraian pada bab ini dengan sungguh-sungguh agar kamu dapat
melakukan perawatan pada rem ABS. Sebelum dan sesudah memulai kegiatan
pembelajaran, biasakan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kamu diberikan
kemudahan dalam menyerap materi mengenai sistęm rem dan mengamalkannya dengan
baik.
A. Konsep Dasar Sistem Rem Anti-lock Brake System (ABS)
Banyak pengemudi yang memahami rem sebagai penghenti laju kendaraan Padahal,
rem hanya mengurangi putaran roda. Coba bayangkan, mengapa mobil yang
berlari kencang masih berjalan padahal pedal rem sudah dinjak dalam? Apalagi
bila mobil melaju dalam kondisi lintasan basah atau berpasir, Penyebab masih
meluncurnya mobil setelah di rem adalah karena momentum yang diterimanya
bukan karena roda yang masih berputar. Semakin kencang pergerakan mobil maka
semakin besar potensi momentum yang diterimanya ketika dilakukan pengereman
mendadak.
Momentum yang besar mampu menyeret ban yang terkunci oleh rem pada mobil
yang tidak dilengkapi oleh fitur ABS. Sehingga, efek dari momentum ini
adalah mobil terlempar lurus ke depan. Sehingga, mobil masih bergerak maju
meskipun rem sudah diinjak dalam-dalam. Namun, bila ketika momentum diterima
mobil posisi roda depan sedang dalam keadaan miring.
Gambar 8.2 Kendaraan dengan rem ABS lebih aman dari kecelakaan saat mengerem mendadak |
Mobil akan meluncur tak terkendali, bahkan mobil dapat terbalik. Untuk
mengurangi momentum itulah maka mobil dilengkapi dengan fitur rem ABS.
Sistem rem anti terkunci atau anti-lock braking system (ABS) merupakan
sistem pengereman pada mobil agar tidak terjadi penguncian roda ketika
terjadi pengereman mendadak/keras.
Sistem ini merupakan fitur keselamatan pada kendaraan untuk mempertahankan
traksi ban terhadap jalan saat pengemudi melakukan pengereman, mencegah roda
kendaraan agar tidak terkunci, dan menghindari laju kendaraan yang tak
terkendali. Rem ABS dapat melakukan proses tersebut karena didukung oleh
rangkaian elektronika berupa motor dan electric valve yang akan mengatur
besar kecilnya penekanan pada pengereman. Sistem ini diadopsi dari teknologi
serupa di pesawat terbang.
ABS bekerja apabila pada mobil terjadi pengereman keras sehingga sebagian
atau semua roda berhenti sementara mobil masih melaju dan membuat kendaraan
tidak terkendali. Hal ini tentu sangat berbahaya terutama di jalan licin dan
kelokan. Pada mobil yang dilengkapi dengan ABS, ketika sensor mendeteksi ada
roda mengunci, ia akan memerintahkan piston rem untuk melepaskan tekanan
kembali ke titik normal, lalu mengeraskannya kembali begitu roda berputar.
Proses itu berlangsung sangat cepat, yaitu mencapai 15 kali/detik. Sehingga,
mobil tetap dapat dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif sehingga
dapat mengurangi tingkat kecelakaan.
Prinsip Dasar Rem ABS
1) Gaya Ban
Gaya dapat menyebabkan kendaraan bergerak , gaya ini disebut dengan gaya
grafitasi, gaya angin (tahanan udara) dan gaya ban (rolling resistance).
Pergerakan atau perpindahan gerak sesuai dengan yang diinginkan dapat
diperoleh dengan melalui gaya ban. Gaya ban terdiri dari komponen berikut
:
- Driving force (FD) karena pengendalian
- Lateral force (FS) karena steering dan
- Normal force (FN) karena berat kendaran.
Lateral force (FS) mentransfer gerakan pengemudian terhadap jalan dan
membuat kendaraan belok. Normal force (FN) ditentukan oleh berat kendaraan
dan muatannya, karena itu berat komponen bertindak sebagai garis tegak
lurus diatas ban. Besarnya suatu gaya dapat dipengaruhi oleh kondisi
jalan. Ban dan cuaca, yaitu gaya gesekan antara roda dan permukaan jalan.
2) Hubungan Antara Gaya
Hubungan antara gaya gesek, gaya menyamping, gaya pengereman dan gaya
pengemudian dapat dijelaskan dengan siklus gesek (friction circle).
Friction circle diasumsikan sebagai gaya gesek antara roda dan permukaan
jalan pada semua arah. Juga dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan
antara gaya menyamping, gaya pengereman, dan gaya penggerak Saat berbelok
pada kecepatan tetap, semua gaya gesek pada roda tertumpu pada sisi dimana
roda berbelok. Saat berbelok dilakukan pengereman, sebagian dari gaya
gesek ban dipakai sebagai gaya pengereman, sehingga mengurangi gaya buang
kesamping. Akibatnya, dengan memutar kemudi saat melakukan pengereman maka
gaya pengeremannya akan berkurang karena bagian ban yang bergesekan
menjadi menyudut.
3) Gaya Gesek
Gaya gesek FR adalah sebanding sama dengan gaya normal adalah koefisien gaya pengereman (atau koefisien gesek). Faktor koefisien
dapat dipengaruhi oleh karakteristik dari ban yang dipakai. Koefisien gaya
pengereman adalah suatu ukuran pengiriman gaya pengereman. Untuk roda
kendaraan, koefisien gaya pengereman mencapai nilai maksimalnya saat
permukaan jalan dalam kondisi kering dan bersih dan hanya sedikit salju.
Contoh : Road condicicion Braking force coefficient ( )
- Dry cocenter 0,8 - 1
- Wes asphalt 0,2 – 0,65
- Ice 0,05 – 0,1
Koefisien gaya pengereman tergantung pada kecepatan kendaraan. Saat
mengerem pada kecepatan tinggi, roda-roda bisa terkunci jika koefisien
gaya pengeremannya kecil dimana tidak ada lagi daya cengkram antara roda
dan jalan.
4) Slip
Saat mobil melaju atau mengerem, terjadi gaya fisik yang rumit antara
bagian ban dengan jalan. Elemen–elemen pada karet ban mengalami distorsi
mengakibatkan ban meluncur sendiri, meskipun roda belum terkunci.
Satuan ukuran komponen yang meluncur pada gerakan memutar adalah
selip
Nilai optimum selip akan berkurang jika gesekan antara ban dan jalan juga
berkurang. Rem selip terjadi segera setelah roda mulai berputar lebih lambat
dari kecepatan kendaraaan.
5) Lateral Force (Side Force)
Gaya pengereman dan gaya penggerak bereaksi pada kontak area dimana roda
berputar, disitu juga terdapat gaya menyamping “Lateral force”. Gaya
menyamping adalah dasar daya yang terjadi saat mobil berbelok. Dasar gaya
selama kendaran berbelok adalah gaya dari bagian ban yang bergesekan dengan
permukaan jalan untuk kembali pada bentuk semula.
Gaya ini mendorong ban kesamping menahan permukaan jalan, sehingga disebut
dengan gaya samping (Side force). Dan gerakan yang dibangkitkan oleh perubahan
ban tersebut disbut dengan “Over turning moment”.
6) Understeering dan Oversteering
Jika kita mempertahankan putaran kemudi pada sudut yang tetap dan berjalan
dengan kecepatan yang tetap akan mengakibatkan mobil berputar dengan radius
tetap. Dengan menambah kecepatan pada titik ini, dapat mengakibatkan mobil
bergerak keluar dari lingkaran dikarenakan adanya “Understeering”,
atau bergerak kedalam lingkaran dikarenakan “Oversteering”.
Karakter dari actual steering (Understeering atau Oversteering) ini tergantung
dari kendaraan itu sendiri yang dihubungkan dengan distribusi berat antara
roda depan dan belakang, spesifikasi ban, karakteristik suspensi dan cara
pengendaraannya.
Kelebihan penggunaan rem ABS antara lain sebagai berikut.
- Pengereman dapat dilakukan lebih cepat daripada sistem biasa yang terdapat pada mobil.
- Pengeremannya lebih stabil apabila terjadi pengereman mendadak namun tidak membuat mobil kehilangan pengendalian sebesar 5-30% dibandingkan dengan pengereman standar yang terdapat di mobil yang umumnya menggunakan dua buah rem cakram dan dua buah tromol tekanan gas yang diatur oleh pabrik.
- Sistem keamanan lebih terjamin karena meminimalisir terjadinya selip saat pengereman.
- Cocok digunakan untuk menjelajahi jalanan licin dan saat hujan.
- Saat roda mobil terperosok lumpur, cenderung lebih mudah lepas.
Gambar 8.3 Diagram rem Antilock Brake System (ABS) |
Sedangkan, beberapa kekurangan penggunaan rem ABS, antara lain.
- Jika terjadi masuk angin/ada udara di dalam sistem rem, maka sulit untuk mengeluarkannya.
- Minyak rem tidak boleh kosong.
- Wheel speed sensor lebih sensitif sehingga mudah mengalami kerusakan.
- Rem tidak pakem saat digunakan di jalan berkerikil, kontur jalan tidak rata, atau saat rem basan terkena air.
B. Jenis-jenis Antilock Break System (ABS)
Pada saat kendaraan menurun, laju kendaraan akan bertambah cepat, maka
dari itu peran rem sangat dibutuhkan untuk memperlambat lajunya
kecepatan kendaraan, agar pengemudi dapat mengontrol kendaraan dengan
aman.
Pada umumnya fungsi rem untuk memperlambat dan menghentikan laju
kendaraan tanpa memperhitungkan akibat saat pengemudi menginjak pedal
rem secara tibatiba yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Pada saat
bersamaan roda kendaraan tiba-tiba akan mengancing.
Misalnya di jalan yang bersalju dan licin dibutuhkan pengereman yang
maksimal, karena pada kondisi jalan seperti ini kesetabilan arah
kendaraan mudah hilang. Oleh karena itu, kendaraan perlu dilengkapi
sistem rem ABS agar dalam menghentikan kendaraan pengemudi tidak harus
memompa rem terlebih dahulu.
Tujuan penyempurnaan sistem rem ini adalah agar hasil pengereman menjadi
lebih stabil dan akurat melalui sistem ABS.
1) ABS dengan 4-SENSOR 4-CHANNEL
Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving)
yang memakai X-brake lines. Roda depan dikontrol tersendiri dan kontrol
roda belakang biasanya mengikuti select-low logic agar mobil bisa stabil
saat ABS bekerja. Jenis ABS ini mempunyai 4 wheel sensor dan 4 hydraulic
control channel dan masing-masing mengontrol secara tersendiri.
Sistem ini mempunyai tingkat keamanan dan jarak pemberhentian yang lebih
pendek di berbagai macam kondisi jalan. Namun apabila permukaan jalannya
licin, besar gaya rem antara kanan dan kiri yang tidak rata akan
mengakibatkan terjadi gerakan Yawing pada bodi kendaraan sehingga bisa
mengurangi kestabilan.
Karena itulah, kebanyakan mobil yang dilengkapi dengan tipe 4 channel
ABS memasukkan satu select low logic pada roda belakang agar mobil tetap
stabil, di berbagai macam kondisi jalan.
2) ABS dengan 4-SENSOR 3-CHANNEL
Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving),
kebanyakan berat kendaraan terpusat di roda depan dan berat titik tengah
kendaraan saat direm juga berpindah ke depan hampir 70%, gaya pengereman
ini dikontol oleh roda depan.
Artinya adalah kebanyakan tenaga pengereman dibangkitkan oleh roda
depan, sehingga agar ABS bisa efektif, maka diperlukan pengaturan
tersendiri (independent control) pada roda depan. Namun demikian, roda
belakang yang gaya pengeremannya lebih sedikit, juga sangat penting
untuk memastikan kendaraan aman saat dilakukan pengereman.
Karena itulah apabila saat ABS roda belakang bekerja di permukaan jalan
yang licin, maka independent control pada roda belakang mengatur agar
gaya pengereman roda-roda belakang tidak merata sehingga mobil mengalami
yawing. Untuk menghindari gerakan yawing ini dan untuk menjaga agar
mobil tetap aman saat ABS bekerja di berbagai kondisi jalan, maka
tekanan rem roda belakang diatur berdasarkan kecenderungan roda mana
yang mengalami lock-up. Konep pengaturan ini dikenal dengan ‘Select-low
control’.
3) ABS dengan 3-SENSOR 3-CHANNEL
Roda depan dikontrol tersendiri namun untuk roda belakang dikontrol
secara bersamaan oleh satu wheel speed sensor (khususnya differential
ring gear). Mobil yang dilengkapi dengan H-bake line system mempunyai
sistem kontrol ABS jenis ini 2 channel untuk roda depan dan satunya lagi
untuk roda belakang. Roda belakang dikontrol bersama dengan select low
control logic.
Untuk X-brake line system, diperlukan 2 channels (2 brake port di dalam
unit ABS) untuk mengatur roda belakang dikarenakan masing-masing roda
belakang mempunyai jalur rem yang berbeda.
4) ABS dengan 1-SENSOR 1-CHANNEL
Hanya mengatur tekanan roda belakang oleh satu sensor. Dipakai Untuk
mobil yang dilengkapi dengan H-bake line system, hanya untuk mengontrol
tekanan roda belakang. Pada rear diffirential dipasang satu wheel speed
sensor yang berfungsi untuk mendeteksi kecepan roda.
Cara kerjanya adalah saat dilakukan pengereman mendadak roda depan akan
terkunci, sehingga kestabilan kemudi mobil akan hilang dan jarak henti
pada permukaan jalan yang mempunyai daya gesek rendah (low) juga akan
bertambah jauh. Sistem ini hanya akan membantu untuk penghentian lurus.
C. Komponen Sistem Rem ABS
Rem ABS merupakan sistem rem yang diciptakan tidak hanya untuk mencegah
terkuncinya roda-roda belakang selama pengereman secara tiba-tiba, tetapi
juga untuk mengontrol roda-roda depan agar kendaraan tidak berputar (slip)
serta menjaga pengendalian kendaraan menjadr lebih baik. Rem ABS
memanfaatkan sistem hidrolis dan sistem elektrik. Komponen-komponen pada rem
ABS, antara lain sebagai berikut.
1. Komponen hidrolis. Komponen hidrolis pada sistem rem ABS terdiri dari katup-katup, booster
pump, booster, master cylinder, dan accumulator hidrolik. Berikut merupakan
penjelasan mengenai komponen hidrolis pada rem ABS.
- Katup kontrol berfungsi untuk mengontrol tekanan fluida pada sistem rem.
- Booster pump berfungsi untuk meningkatkan tekanan hidrolik fluida pada sistem ABS.
- Booster/master cylinder terdiri dari katup dan piston yang berfungsi untuk mengatur tekanan hidrolik saat ABS bekerja.
- Accumulator hidrolik berfungsi untuk menyimpan kelebihan fluida saat rem ABS bekerja.
- Katup hidrolik merupakan katup yang mengontrol tekanan hidrolik secara langsung. Katup hidrolik terdiri dari katup solenoid, katup utama, dan katup sirkuit pada roda.
Gambar 8.5 Komponen hidrolik dan elektrik rem ABS
2. Komponen elektrik. Komponen elektrik pada sistem rem ABS terdiri dari sensor-sensor,
controller dan aktuator. Pada rem ABS atau antilock brake system terdapat
beberapa komponen. Beberapa komponen rem ABS atau antilock brake system
mempunyai tugas dan fungsi masing-masing. Berikut merupakan
komponen antilock brake system (ABS) yang digunakan pada kendaraan.
1. ABS Control Modul
ABS control modul merupakan salah satu komponen ABS atau antilock brake system
yang memiliki fungsi untuk membandingkan informasi dari sensor ABS atau
antilock brake system agar ABS dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Control
module mendapat informasi dari sensor-sensor ABS, informasi tersebut kemudian
diolah. Hasil olahan akan diubah untuk mengaktifkan berbagai actuator ABS.
Selain itu, ABS control module juga mengontrol durasi pengereman dan kinerja
komponen ABS lain seperti pompa, dan lain sebagainya. Dengan begitu, kinerja
ABS akan disesuaikan dengan kondisi kendaraan. Saat roda hampir mengunci maka
ABS akan mengurangi tekanan rem untuk mencegah wheel lock. Apabila kecepatan
bertambah atau putarannya bertambah maka tekanan fluida akan ditambah untuk
mengurangi kecepatan kendaraan. Apabila kedua putaran roda sama maka control
module akan mengaktifkan pressure hold off operation.
2. Solenoid Valve Assembly
Solenoid valve assembly merupakan salah satu komponen ABS yang memiliki fungsi
untuk mengatur fluida yang mengalir ke silinder roda dengan membuka dan
menutup saluran. Katup solenoid dikontrol oleh ABS control module agar
menyesuaikan kebutuhan kendaraan. Pada sistem rem biasa, fluida akan
diteruskan langsung dari master silinder ke silinder roda. Namun pada rem ABS
atau antilock brake system, fluida akan diteruskan ke solenoid valve assembly
untuk memanipulasi aliran fluida yang mengalir ke silinder roda.
Solenoid valve assembly biasanya terdapat beberapa saluran atau posisi.
Saluran ini memiliki fungsi masing-masing. Berikut merupakan beberapa fungsi
saluran pada solenoid valve assembly.
- Posisi satu, memiliki fungsi sebagai increase pressure. Increase pressure merupakan posisi dimana kedua solenoid terbuka dan tekanan fluida diteruskan langsung ke silinder roda. Hal ini tentunya akan menghasilkan daya pengereman yang kuat.
- Posisi dua, memiliki fungsi sebagai hold pressure steady. Hold pressure steady merupakan posisi dimana kedua solenoid tertutup sehingga tidak ada pergerakan tekanan fluid. Hal ini berfungsi untuk menghentikan kendaraan secara efisien.
- Posisi tiga, memiliki fungsi sebagai decrease pressure. Decrease pressure merupakan posisi dimana solenoid pedal rem tertutup. Sementara itu solenoid ventilasi terbuka sehingga tekanan fluida akan dialirkan sebagian ke accumulator chamber. Hal ini akan menyebabkan tekanan pengereman berkurang sehingga daya pengereman juga akan berkurang. Selain itu hal ini berfungsi untuk mengatasi wheel locking.
3. Sensor Kecepatan Roda atau Speed Sensor
Sensor kecepatan roda atau speed sensor merupakan salah satu perawatan komponen Antilock Break System atau
antilock brake system yang mempunyai fungsi untuk mendeteksi kecepatan roda.
Pada kendaraan biasanya terdapat empat sensor kecepatan atau speed sensor. Ke
empat sensor mempunyai tugas untuk mendeteksi putaran pada masing-masing roda.
Informasi putaran roda atau kecepatan roda ini sangat penting bagi rem ABS.
Dengan mengetahui kecepatan roda maka akan diketahui saat roda mengalami wheel
locking. Hal ini yang menyebabkan terjadi selip dan dapat berbahaya apabila
kendaraan terus meluncur.
Prinsip kerja speed sensor sebenarnya sangat sederhana. Speed sensor terdiri
dari komponen bergerigi dan pick up coil. Komponen bergerigi ini akan berputar
mengikuti perputaran pada roda. Putaran ini akan memotong medan magnet yang
dihasilkan oleh pick up coil sehingga menghasilkan tegangan. Tegangan ini yang
akan dialirkan ke control module untuk proses selanjutnya.
4. ABS Pump
ABS pump atau pompa ABS merupakan salah satu komponen ABS atau antilock brake
system yang memiliki fungsi untuk mengembalikan fluida bertekanan pada
silinder roda. Pompa ABS berfungsi menggunakan energi listrik. Selain itu
pompa ini dapat bekerja beberapa kali dalam selang wkatu tertentu.
Pompa ABS akan berfungsi ketika terjadi penurunan tekanan hidrolik untuk
mengatasi wheel locking. Saat roda sudah kembali berputar untuk mengurangi
kecepatan kembali maka tekanan fluida harus dikembalikan secara cepat agar
silinder roda dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Oleh karena itu pompa ABS
akan menekan fluida agar segera kembali ke silinder sehingga terjadi proses
pengereman kembali.
5. Indikator ABS
Indikator ABS merupakan salah satu komponen ABS atau antilock brake system
yang memiliki fungsi untuk memberitahukan kinerja sistem ABS pada pengemudi.
Indikator ABS biasanya terdapat pada panel instrumen dan akan menyala ketika
kunci kontak ON dan akan mati ketika mesin dinyalakan. Namun apabila terjadi
kerusakan maka indikator ABS atau antilock brake system akan menyala berkedip
sebagai tanda terjadi malfungsi atau kerusakan pada sistem ABS. Dengan begitu
maka pengemudi dapat segera melakukan perbaikan sehingga keamanan berkendara
tetap terjamin.
6. Hidraulic Brake Channel atau Electronic Brake Force Distribution
Hidraulic brake channel atau electronic brake force distribution merupakan
salah satu komponen ABS atau antilock brake system yang memiliki fungsi untuk
menyalurkan fluida bertekanan ke masing-masing roda sesuai dengan porsinya
tersendiri. EBD biasanya terdiri dari 4 channel atau saluran yang menuju ke
masing-masing silinder roda. Jadi setiap silinder roda mempunyai saluran
tersendiri.
Hidraulic brake channelatau electronic brake force distribution berfungsi
untuk membagi fluida bertekanan. Pada umumnya rem depan membutuhkan gaya
penekanan yang lebih besar daripada rem belakang. Hal ini berguna untuk proses
pengendalian kendaraan agar lebih mudah dan stabil. Oleh karena itu minyak rem
bertekanan harus dibagi yang mana silinder roda rem depan diberikan porsi yang
lebih banyak dibanding rem belakang.
7. Pedal Rem
Pedal rem merupakan salah satu komponen ABS atau antilock brake system untuk
meneruskan tenaga dari pengemudi ke mekanisme rem. Pedal rem sebenarnya salah
satu komponen pada sistem rem yang wajib ada meskipun pada jenis rem manual
atau rem lainnya. Pedal rem ini dihubungkan ke mekanisme master cylinder
melalui push rod. Oleh karena itu ketika pedal rem diinjak, tenaga ini akan
diteruskan untuk mendorong piston pada master cylinder untuk memberikan
tekanan pada fluida minyak rem.
8. Master Cylinder
Master cylinder merupakan salah satu komponen ABS atau antilock brake system
yang memiliki fungsi untuk memberikan tekanan pada minyak fluida. Pada master
cylinder, minyak rem akan dimampatkan sehingga memiliki tekanan. Pemampatan
minyak rem ini dilakukan dengan piston yang didorong oleh pushrod yang
terhubung dengan pedal rem. Minyak fluida bertekanan ini akan diteruskan ke
mekanisme rem ABS.
9. Silinder Roda atau Wheel Cylinder
Wheel cylinder atau silinder roda merupakan salah satu komponen ABS atau
antilock brake system yang mempunyai fungsi untuk mengubah tekanan hidrolis
dari minyak rem menjadi gerakan mekanis yang akan mendorong kampas rem agar
bergesekan dengan cakram. Gesekan ini yang akan membuat proses pengereman
terjadi.
C. Cara Kerja Rem ABS
Adapun
cara kerja sistem rem ABS (Antilock Break System) akan kami jelaskan sebagai berikut. Wheel speed sensor terdiri dari
sensor dan rotor. Di dalam sensor terdapat magnet yang menghasilkan garis
gaya magnet dan pada rotor terdapat roda gigi. Saat rotor berputar, roda
gigi yang berputar memotong garis gaya magnet sehingga menghasilkan gaya
induksi elektromotif bolak-balik sesuai dengan kecepatan rotor. Oleh sensor
gaya induksi elektromotif bolak-balik ini diubah menjadi sinyal gelombang
sinus tegangan kemudian dikirim ke ABS Control Unit (Suzuki, 2002:10).
1. Siklus Kerja ABS
Proses pengaturan dalam sistem ABS merupakan rangkaian proses tertutup yang
berlangsung berulang-ulang.
- a. Tekanan dari silinder (1), mengalir melalui katup selenoid valve yang ada pada hidrolik unit (2) ke kaliper (3)
- b. Sensor putaran roda (4) mengukur putaran dan mengirim sinyal putaran tersebut ke kontrol unit ABS (5)
- c. Kontrol unit ABS (5) mengolah sinyal putaran dan menetapkan sinyal out put dan mengirim ke selenoid valve (2)
- d. Katup selenoid valve (2) berdasarkan sinyal out put dari kontrol unit mengatur tekanan rem dari silinder master ke kaliper sesuai dengan kebutuhan (menaikkan, menahan dan menurunkan tekanan)
2. Pengontrolan Tekanan Minyak Rem
1. Saat Rem Bekerja Normal
Gambar 2.8. Tekanan minyak rem saat bekerja normal
(Sumber: Suzuki,2002:18)
Penjelasan (Suzuki,2002:18):
Arus listrik menuju selenoid 0 ampere sehingga:
- a. Gaya magnet tidak dihasilkan pada selenoid valve sehingga anchor tidak tertarik menuju selenoid,
- b. Inlet port terbuka dan outlet port tertutup
- c. Tekanan minyak rem dari master silinder langsung dikirim ke caliper / wheel cylinder melalui inlet port dari selenoid valve
- d. Saat outlet port dari selenoid valve tertutup, tekanan minyak rem tidak disalurkan ke tanki reservoir
2. Saat ABS Bekerja ( Tekanan tetap / Roda mulai slip)
Gambar 2.9. Tekanan minyak rem saat bekerja tekanan tetap
(Sumber: Suzuki, 2002:19)
Penjelasan (Suzuki, 2002:19):
Arus listrik menuju selenoid 2 ampere, sehingga :
- a. Gaya magnet dihasilkan oleh arus 2 ampere, menarik anchor ke posisi dimana anchor dan return spring diseimbangkan (jarak aliran kecil)
- b. Inlet port dan outlet port tertutup
- c. Minyak rem bertekanan dari master silinder tidak disalurkan ke selenoid valve sehingga tekanan pada caliper / wheel cylinder dapat tertahan
- d. Karena outlet port tertutup tekanan minyak rem di caliper / wheel cylinder tidak disalurkan ke tanki reservoir, demikian juga by pass check valve tertutup sehingga tekanan minyak rem pada master cylinder tinggi
3. Saat ABS Bekerja ( Tekanan menurun / Roda slip secara cepat)
Gambar 2.10. Tekanan minyak rem saat bekerja tekanan menurun
(Sumber: Suzuki, 2002:20)
Penjelasan (Suzuki, 2002:20):
Arus listrik menuju selenoid 5 ampere, sehingga:
- a. Gaya magnet pada selenoid meningkat untuk menaikkan anchor lebih jauh
- b. Inlet port tetap tertutup dan outlet port membuka
- c. Tekanan minyak rem master silinder tidak bekerja di atas caliper sejak inlet port dari selenoid valve tertutup
- d. Tekanan caliper disalurkan ke tanki reservoir melalui outlet port selenoid valve sehingga tekanan menurun
- e. Arus 5 ampere ke selenoid dikontrol dan motor dan pompa bekerja secara bersamaan mengalirkan minyak rem (yang kembali ke reservoir) ke dalam accumulator sehingga siap bekerja pada caliper saat peningkatan tekanan berikutnya
- f. Tekanan minyak rem yang terdapat dalam accumulator lebih tinggi daripada tekanan minyak rem pada master cylinder sehingga feeling valve mencegah tekanan minyak rem kembali ke master cylinder. Sehingga dapat mencegah pedal rem “menyentak”
4. Saat ABS Bekerja (Tekanan meningkat / Roda slip sesaat)
Gambar 2.11. Tekanan minyak rem saat bekerja tekanan meningkat
(Sumber: Suzuki, 2002:21)
Penjelasan (Suzuki, 2002:21):
Arus listrik menuju selenoid 0 ampere, sehingga:
- a. Arus ke selenoid valve dipotong sehingga gaya magnet berkurang. Anchor akan kembali ke tempat semula karena return spring
- b. Selenoid valve terbuka sehingga minyak rem bertekanan tinggi yang terdapat di dalam accumulator disalurkan ke caliper / wheel cylinder melalui inlet port dari selenoid valve
- c. Demikian juga sama dengan saat normal, tekanan minyak rem pada caliper tidak disalurkan ke tanki reservoir saat outlet port dari selenoid valve tertutup
5. Saat Rem Dilepas
Gambar 2.12. Tekanan minyak rem saat pedal dilepas
(Sumber: Suzuki, 2002:22)
Penjelasan (Suzuki, 2002:22):
Arus listrik menuju selenoid 0 ampere, sehingga:
- a. Tekanan minyak rem pada master cylinder menurun sehingga tekanan pada caliper / wheel cylinder kembali ke master cylinder
- b. By pass valve terbuka karena tekanan minyak rem lebih tinggi dari pada tekanan spring, sampai pada saat tekanan minyak rem sama dengan tekanan spring, by pass valve tertutup. Selanjutnya minyak kembali ke master cylinder melalui feeling valve.
Sebenarnya sebagian besar mengenai
cara kerja antilock brake system (ABS) sudah dibahas diatas. Namun
untuk lebih jelasnya berikut merupakan cara kerja ABS atau antilock brake
system yang digunakan pada kendaraan.
Antilock brake system atau ABS merupakan salah satu jenis rem berfungsi untuk
mencegah terjadinya penguncian pada roda atau wheel locking. Penguncian roda
ini akan menyebabkan timbulnya selip atau roda berhenti terlebih dahulu
dibanding dengan kendaraan. Oleh karena itu hal ini dapat berbahaya.
ABS atau antilock brake system merupakan sistem control pada rem yang
berfungsi untuk mengatur tekanan fluida atau minyak rem yang mengalir ke
silinder roda. Pada ABS atau antilock brake system dipasang berbagai sensor
salah satunya speed sensor yang akan mendeteksi putaran pada roda. Hasil atau
informasi dari speed sensor akan dikirimkan ke ABS control module. Didalam
control module informasi akan diolah untuk mengatur aliran fluida melalui
mekanisme kontrol hidrolik yang terdapat pada ABS. Kontrol hidrolik ini
terdiri dari solenoid valve, ABS pum, dan hidraulic brake channel.
ABS belum bekerja saat pengereman normal terjadi. ABS atau antilock brake
system akan bekerja saat pengereman mendadak atau keras terjadi. Sebelum
terjadi wheel locking maka speed sensor akan mengirimkan informasi ke control
module sesuai dengan kondisi roda. Control module akan mengalirkan atau
memberikan sinyal ke hidraulic control unit untuk mengatur aliran minyak rem.
Sebelum terjadi wheel locking maka solenoid akan menutup sehingga fluida yang
mengalir ke silinder roda berhenti. Apabila masih terjadi wheel locking maka
solenoid untuk chamber terbuka sehingga sebagian minyak rem akan mengalir ke
chamber atau ruang tampungan atau reservoir. Setelah roda tidak mengunci maka
minyak rem atau fluida akan dipompa oleh ABS pump agar segera mengalir kembali
ke silinder roda.
Untuk efisiensi ABS atau antilock brake system, maka ABS didesain dengan slip
ratio sebesar 10-30%. Hal ini juga akan mempengaruhi kestabilan kendaraan
ketika berbelok. Dengan adanya ABS atau antilock brake system maka ketika
kendaraan berjalan pada permukaan jalan yang licin, kecepatan kendaraan akan
dikurangi karena koefisien gesek antara ban dengan permukaan jalan kecil.
Sementara itu ketika kendaraan berjalan pada permukaan yang kasar maka
koefisien gesek antara ban dengan jalan akan besar. Hal ini menyebabkan jarak
pengereman lebih pendek dibanding rem manual.
D. Perawatan Berkala Pada Sistem Rem Antilock Brake System (ABS)
ABS adalah suatu sistem rem yang dikendalikan secara elektronik. Dengan
pengontrolan seperti ini, pada saat terjadi permasalahan dalam sistem ABS
maka lampu ABS akan menyala, yang menginformasikan kepada pengemudi bahwa
sistem ABS ada masalah, pada kondisi ini sesuai (Suzuki, 2002:23) maka:
- Secara otomatis sistem bekerja secara konvensional (fungsi fail safe) bekerja.
- Untuk mengetahui permasalahannya maka dengan menghubungkan scan tools pada DLC atau menghubungkan switch diagnosis dengan ground pada konektor diagnosis yang berada di bawah dashboard.
Rem ABS merupakan salah satu fasilitas pada sistem rem yang membuat pengemudi
dapat mengerem kendaraan dengan aman walaupun dilakukan secara mendadak.
Dengan adanya fitur rem ABS, pengemudi akan merasa aman ketika melaju di
jalanan yang licin.
Namun, pengemudi perlu berhati-hati ketika mengemudikan kendaraan pada
kecepatan tinggi di jalanan berkerikil, atau kontur jalan tidak rata, atau
saat rem basah terkena air, sistem rem ABS tidak dapat bekerja dengan optimal
pada kondisi jalan tersebut. Rem ABS kadang rentan mengalami masalah, terutama
apabila rem ABS tidak dirawat secara berkala. Apabila telah terjadi kerusakan,
perbaikan rem ABS ini cukup memakan waktu dan cukup rumit.
Olehsebab itu, sistem rem ABS pada kendaraan perlu dirawat dengan rutin agar
tetap maksimal kerjanya. Sebagian mobil yang mengalami kerusakan pada sistem
rem ABS, maka rem ABS itu tidak akan berfungsi dan pengereman kendaraan
kembali mengandalkan rem konvensional saja. Sehingga, ketika pengemudi
melakukan pengereman normal, dia tidak akan merasakan ada masalah pada
sistem rem ABS.
Namun, ketika pengemudi mengerem mendadak, pengereman mobil akan terasa
kurang jika dibandingkan ketika ABS masih berfungsi normal. Selain itu,
kerusakan pada sistem rem ABS juga dapat dilihat pada lampu indikator ABS
serta lampu reim tangan pada panel instrumen yang terus menyala.
Namun, ada juga di beberapa mobil yang jika ABS nya rusak maka mobil akan
berhenti diam dan roda seperti mengunci. Jika sudah seperti ini, mobil harus
diderek ke bengkel Kerusakan pada sistem ABS biasanya kemungkinan akan
disebabkan oleh dua hal yaitu sistem ABS nya yang bermasalah atau jalur rem
konvensional yang menuju sistem rem ABS yang bermasalah dan menyebabkan ABS
menjadi ikut tidak berfungsi.
Untuk mengetahui sensor ABS dari roda sebelah mana yang rusak dapat
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat scanner atau diagnostic untuk
mobil tersebut. Selain itu, indikator kerusakan pada sistem rem ABS dapat
dirasakan pengemudi saat menginjak pedal rem. Apabila setelah menginjak
pedal rem dalam, pengemudi tidak merasakan adanya denyutan, maka rem ABS
mengalami masalah.
Gambar 8.9 Pemeriksaan sensor pada rem ABS
Berikut ini merupakan langkah-langkah pemeliharaan pada rem ABS kendaraan
1. Memastikan Sensor Selalu dalam Keadaan Bersih
Posisi sensor ABS terletak pada kaliper rem. Saat membersihkan sensor
tersebut lakukan dengan hati hati, karena jika rusak untuk penggantian unit
tersebut tidak terbilang murah. Jika kaliper rem rusak, sebaiknya lakukan
perbaikan tersebut di bengkel resmi atau pastikan mekanik tersebut memahami
sistem kerja rem ABS rem tersebut.
Bersihkan sensor, terutama bagian yang bermagnet, minimal dua bulan sekali.
Pembersihan sensor dapat dilakukan dengan menggunakan cairan pembersih rem.
Kondisi sensor dalam keadaan bersih akan menyebabkan sistem kerja ABS
tersebut pun akan menjadi lebih maksimal.
2. Menghindari Menginjak Rem Berkali-Kali
Pada saat posÃsi diam, kemudian pengemudi menginjak pedal rem mobil
berkali-kali, ini berarti meningkatkan beban yang tidak perlu ke sensor ABS.
Jika hal tersebut terlalu sering dilakukan, maka ini dapat memperpendek umur
pemakaian sensor pada sistem ABS pada kendaraan. Hentakan pada pedal rem
yang terlalu keras juga dapat menyebabkan terjadinya penguncian pada sistem
di pengereman mobil. Hal ini dapat mengurangi tingkat keamanan berkendara,
terutama pada saat kecepatan tinggi.
3. Melakukan Penggantian pada Minyak Rem Secara Teratur
Penggantian minyak rem merupakan perawatan rutin yang dilakukan untuk
mencegah kerusakan pada komponen-komponen rem. Untuk memaksimalkan performa
pada sistem pengereman kendaraan, penggantian minyak rem sebaiknya dilakukan
setiap kelipatan 25.000 km.
Hal ini karena pada saat kondisi minyak rem sudah terlalu cair, maka
kualitas pengereman dan kinerja sistem rem ABS pun akan menurun. Sehingga,
tingkat keamanan pengemudi dan penumpang pun akan berkurang. Untuk beberapa
jenis kendaraan, setelah melakukan pengganuan minyak rem biasanya lampu
indikator ABS tersebut akan menyala. Jika hal ini terjadi, pada kendaraan
sistem rem ABS perlu direset atau diatur ulang dengan menggunakan scanner.
Setelah sistem rem ABS diatur ulang, nyala lampu indikator ABS akan padam.
4. Memeriksa Kondisi Kampas Rem
Pada dasarnya, rem ABS merupakan rem tambahan pada rem konvensional.
Sehingga, rem ABS inakan kampas rem untuk mengatur putaran roda kendaraan.
Pemeriksaan kampas rem dapat n setiap kelipatan servis rutin 15.000 km atau
sesuai dengan spesifikasi yan ada pada buku pedoman servis kendaraan yang
diperiksa. Selain itu, lakukan pemeriksaan ketebalan kampas rem. Jika sudah
tipis, sebaiknya kampas rem segera diganti dengan yang baru.
Penggunaan kampas rem yang sudah aus dapat mengurangi performa sistem ABS
pada kendaraan. Selain itu, penggunaan kampas rem yang sudah aus dapat
memperpanjang jarak pengeremankendaraan. Hal tersebut dapat dirasakan dari
tingkat kedalaman injakan pedal rem yang dibutuhkan untuk menghentikan laju
kendaraan. Semakin dalam rem di injak, maka semakin besar potensi terjadinya
keausan pada kampas rem. Jika hal tersebut terus dibiarkan maka rem tidak
akan bekerja optimal.
Demikian materi menerapkan cara perawatan Antilock Break System (ABS)
ini saya buat. Semoga bermanfaat.