Bacalah uraian
menerapkan cara perawatan poros penggerak roda (axle shaft)
berikut ini dengan cermat! Kamu telah mempelajari materi mengenai beberapa
komponen pemindah daya pada pembahasan sebelumnya. Komponen pemindah daya
tersebut antara lain kopling, transmisi, poros propeller, dan differential.
Sekarang, kamu akan mempelajari komponen pemindah daya yang terakhir yaitu
poros roda. Tahukah kamu apakah itu poros roda? Pernahkah kamu membongkar
poros roda?
Menerapkan Cara Perawatan Poros Penggerak Roda
Poros roda berfungsi untuk meneruskan putaran mesin dari differential ke
roda kendaraan. Tanpa adanya poros roda, kendaraan tidak akan dapat berjalan
karena tidak ada komponen yang menghubungkan roda samping kanan dan kiri
dengan differential.
Sehingga, putaran roda kanan dan kiri tidak dapat diatur. Untuk itu, kamu
perlu mempelajari lebih lanjut mengenai poros roda. Perhatikan Gambar 6.1
berikut ini dengan cermat!
Gambar 6.1 Poros penggerak roda depan dan belakang kendaraan |
Gambar 6.1 menunjukkan poros roda pada bagian depan dan belakang kendaraan.
Selain meneruskan putaran mesin menuju ke roda, poros roda juga digunakan
sebagai dudukan roda. Pada bab ini kamu akan mempelajari lebih lanjut
mengenai fungsi dan komponen-komponen poros roda. Kamu juga akan mempelajari
macam-macam poros roda.
Selain itu, kamu juga akan mempelajari gejala kerusakan dan langkah
pemeliharaan poros roda. Dengan mempelajari mengenai gejala kerusakan pada
poros roda diharapkan kamu dapat melaksanakan perawatan berkala pada komponen poros roda belakang tersebut dengan tepat. Pelajarilah materi pada bab ini dengan
sungguh-sungguh agar kamu dapat memelihara poros roda dengan benar.
Jangan lupa untuk selalu membiasakan diri berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa
sebelum dan sesudah memulai pelajaran, agar kegiatan pembelajaran yang kamu
lakukan berjalan dengan lancar dan ilmu yang kamu dapatkan berguna bagi
dirimu sendiri dan orang lain.
A Macam-Macam Poros Roda (Axle Shaft)
Foros penggerak roda atau axle shaft merupakan poros penggerak roda-roda
yang berfungsi meneruskan tenaga gerak dari differential ke roda-roda.
Selain itu, poros roda berfungsi sebagai penumpu beban roda-roda karena
roda-roda penggerak terpasang pada poros tersebut. Poros penggerak roda
merupakan poros pemutar roda yang dihubungkan dengan gardan
(differential). Sehingga, poros ini terletak di antara roda dan
differential. Seperti yang telah kamu pelajari sebelumnya, kendaraan
ditinjau dari sistem pemindah tenaganya dikelompokkan menjadi beberapa
tipe, yaitu :
- Mesin depan penggerak belakang atau Front Engine Rear Drive (FR). Kendaraan dengan mesin di depan dan menggerakkan roda belakang dinamakan tipe Front Engine Rear Drive (FR). Komponen komponen sistem pemindah tenaga pada kendaraan FR, meliputi: kopling (clutch), transmisi (transmission), drive shaft/propeller shaft, differential, poros penggerak roda belakang (rear axle) dan roda (wheel).
Gambar 6.2 Jenis penggerak roda pada kendaraan ringan |
- Mesin depan penggerak depan atau Front Engine Front Drive (FF). Kendaraan dengan mesin di depan dan menggerakkan roda depan dinamakan tipe Front Engine Front Drive (FF). Komponen-komponen sistem pemindah tenaga pada kendaraan FF, meliputi; kopling (clutch), transmisi (transmission), differential, poros penggerak roda depan (front axle), dan roda (wheel).
- Mesin belakang penggerak belakang atau Rear Engine Rear Drive (RR). Kendaraan dengan mesin dibelakang dan menggerakkan roda belakang dinamakan tipe Rear Engine Rear Drive (RR). Pemindah tenaga kendaraan tipe ini sama dengan tipe Front Engine Front Drive (FF). Komponen-komponen sistem pemindah tenaganya meliputi: kopling (clutch), transmisi (transmissions), differential, poros penggerak belakang (rear axle), dan roda (wheel).
- Mesin penggerak empat roda atau Four Wheel Drive (4WD). Kendaraan dengan mesin menggerakkan roda depan dan roda belakang dinamakan tipe Four Wheel Drive atau All Wheel Drive (4WD atau 4WD atau AWD). Komponen-komponen sistem pemindah tenaganya meliputi: kopling (clutch), transmisi (ransmission), transfer, dan tenaga terbagi menjadi dua, yaitu ke poros penggerak depan dan poros penggerak belakang. Tenaga yang mengalir ke poros penggerak depan (front propeller shaft) diteruskan ke diferential depan, poros penggerak roda depan (front axle), dan roda depan (front wheel). Sedangkan, tenaga yang mengalir ke poros penggerak belakang (rear drive shaft) diteruskan ke differential belakang (rear differential), poros.penggerak roda belakang (rear axle), dan roda belakang (rear wheel).
Berdasarkan uraian tersebut, poros penggerak roda dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu: poros penggerak roda depan (front axle) dan poros
penggerak belakang (rear axle). Berikut ini merupakan penjelasan
masing-masing poros penggerak roda, yaitu:
1. Poros Penggerak Roda Depan (Front Axle)
Poros penggerak roda depan digunakan pada kendaraan yang menggunakan
penggerak depan (FF) dan kendaraan penggerak empat roda (4WD). Poros
penggerak roda depan berfungsi sebagai penerus putaran ke roda dan
sebagai tempat steering knucle agar roda dapat dibelok-belokkan.
Steering knuckle merupakan komponen sistem kemudi yang berfungsi untuk
menahan beban yang diberikan pada roda-roda depan dan sebagai poros
putaran roda.
Gambar 6.3 Konstruksi Poros Penggerak Roda Depan |
Pada intermediate shaft kendaraan tipe FF poros penggerak harus
memenuhi dua buah syarat, yaitu : harus mempunyai mekanisme yang
menyerap perubahan panjang dari poros penggerak yang mengiringi
gerakan roda naik dan turun dan harus dapat memelihara operasi sudut
yang sama ketika roda depan dikemudikan dan harus memutar roda saat
membentuk kecepatan karena roda depan digunakan secara bersamaan untuk
pengemudian dan pemindahan tenaga.
Komponen yang digunakan untuk memenuhi persyaratan tersebut adalah
universal joint tipe constant velocity joint (CV Joint). Constant
velocity joint adalah tipe universal joint yang memungkinkan untuk
digunakan pada kendaraan FF, dimana poros mampu meneruskan tenaga
sambil terjadi perubahan-perubahan sudut. Ada dua jenis CV joint,
yaitu birfield joint dan tripod joint.
a. Birfield Joint
Birfield joint memiliki beberapa bola baja dengan tujuan untuk
mempertahankan kecepatan yang seragam dengan ketelitian tinggi.
Cara/Prinsip Kerja Birfield Joint |
Alur khusus dibuat pada dudukan bola baja agar kontak antara poros
penggerak dan poros yang digerakkan selalu dalam jalur itu dibagi dua
sudut perpotongan dari poros.
Kontruksi Birfield Joint |
Beberapa jenis birfield joint dibuat sedemikian rupa agar perubahan
panjangnya sesuai dengan gerak kendaraan.
b. Tripod Joint
Tripod joint memiliki tiga buah roller dan bentuknya sederhana,
sehingga mengurangi biaya pembuatannya. Tripod joint dibuat sedemikian
rupa agar dapat bergerak pada arah axial. Panjang poros penggerak kiri
dan kanan dapat sama maupun berbeda tergantung lokasi mesin dan
transaxle. Apabila poros penggerak panjangnya tidak sama, maka akan
mudah terjadi getaran yang menimbulkan bunyi dan kurang nyaman.
Komponen Tripor Joint |
Hal itu diatasi dengan beberapa metode yang antara lain dengan
penggunaan dynamic damper type, hollow shaft type dan intermidiate
shaft. Dynamic damper dipasangkan pada poros penggerak melalui
bantalan karet. Saat poros penggerak bergetar atau terpuntir maka
damper yang diberikan cenderung untuk berputar pada kecepatan konstan,
sehingga bantalan karet menyerap getaran dan puntiran.
Prinsip Kerja Tripod Joint |
Tipe intermediate shaft digunakan pada kendaraan yang perbedaan jarak
dua poros penggeraknya besar, sistem kemudinya menjadi tidak stabil
dan mudah memuntir. Saat akselerasi, bagian depan kendaraan terangkat,
sudut joint poros menjadi besar sehingga momen yang ditimbulkan
menyebabkan roda tidak stabil dan sulit untuk dikendalikan.
c. Rzeppa Joint
CV joint yang paling umum dikenal adalah Rzeppa joint. Sebagian besar
mobil menggunakan sambungan ini pada kedua ujungnya atau salah satu ujung
poros penggeraknya. Sambungan ini terdiri dari empat bagian: outer race,
(biasanya) enam bola dengan sangkar di sekelilingnya, dan inner
race.
Kontruksi Rzeppa joint |
Outer race biasanya terintegrasi dalam poros keluaran atau flens,
sedangkan inner race biasanya memiliki spline di bagian dalam dan dapat
dipasang ke axle atau shaft. Inner race dan outer race memiliki alur yang
memiliki diameter bola yang sama, sementara memungkinkan bola bergerak
secara aksial dalam kaitannya dengan poros.
Cara kerja rzeppa joint, |
Alur ini tidak lurus, tetapi melengkung sehingga sambungan dapat
beroperasi pada sudut yang berbeda. Bola yang terkandung dalam alur oleh
kandang. Outer race dihubungkan ke output, sedangkan inner race
dihubungkan ke input.
Jika input berputar, inner race akan menekan bola melawan outer race dan
oleh karena itu joint akan berputar. Karena bentuk inner dan outer race,
sambungan juga dapat membentuk sudut dengan tetap mempertahankan kecepatan
rotasi yang sama.
Ada variasi joint ini yang memungkinkan terjadinya gerakan aksial, disebut
juga plunging. Hal ini dapat dicapai dengan memiliki lintasan luar dengan
alur yang lebih panjang (sambungan offset ganda) atau memiliki alur pada
lintasan dalam dan luar yang tidak sejajar dengan poros, tetapi pada sudut
dan oleh karena itu menciptakan lebih banyak panjang (alur silang).
2. Poros Penggerak Roda Belakang (Rear Axle)
Roda belakang umumnya menumpu beban lebih berat daripada roda depan,
sehingga konstruksi poros penggerak rodanya juga relatiflebih kuat.
Pemasangan poros akan dipengaruhi oleh jenis suspensi yang digunakan.
Secara umum tipe suspensi yang digunakan kendaraan ada dua yaitu suspensi
bebas (independent) dan suspensi kaku (rigid): Sehingga, ada dua jenis
poros penggerak roda berdasarkan jenis suspensinya, yaitu: poros penggerak
roda pada suspensi independent dan poros penggerak roda pada suspensi
rigid.
a. Poros Penggerak Roda pada Suspensi Independent
Jenis poros penggerak roda yang digunakan pada suspensi independent adalah
poros penggerak roda tipe melayang. Poros penggerak roda jenis ini bebas
dari menumpu beban dan bebas bergerak mengikuti pergerakan roda akibat
suspensi kendaraan.
Poros penggerak roda ini dilengkapi dengan onstant velocity joint
(CVJoint), sehingga pada saat kendaraan melaju di jalan yang bergelombang
maka posisi body kendaraan seakan-akan tidak terpengaruh oleh keadaan
jalan. Selain itu, pada setiap gerakan di samping poros penggerak roda
dapat bergerak putar, memanjang, memendek dan membuat sudut.
Adapun cara kerja CVjoint, adalah sebagai berikut.
- Pada saat jalan lurus dan rata tenaga gerak putar dari differential diteruskan oleh axle shaft melalui inner race housing-steel ball- intermediate axle shoft steel ball-outer race- housing-roda. Pada saat itu steel ball diam sehingga CV Joint tidak membuat sudut.
- Sedangkan pada saat belok atau jalan tidak rata tenaga putar dari differential diteruskan oleh inner race housing-steel bal-intermediate axle shaft-steel ball-outer race gousing- roda, dimana selain sebagai penerus putaran dari intermediate shaft ball juga bergerak pada inner race, sehingga CV Joint mampu membuat sudut yang memungkinkan kedudukan kendaraan menjadi stabil.
Tipe ini sering digunakan pada kendaraan kecil, seperti sedan karena
kontruksinya ringan dan mampu membuat sudut belok lebih besar. Keuntungan
penggunaan poros roda jenis ini adalah kontruksinya sederhana, mampu
membuat sudut belok lebih besar, perawatan mudah, kendaraan lebih stabil
apabila dibandingkan poros roda tipe rigid. Sedangkan kerugiannya adalah
tidak mampu menahan beban besar, inner housing maupun outer housing mudah
aus, harganya lebih ma dan memerlukan perawatan rutin.
b. Poros Penggerak Roda pada Suspensi Rigid
Poros penggerak roda rigid digunakan pada kendaraan penggerak roda
belakang tipe suspensi rigid atau pegas daun. Poros penggerak roda tipe
rigid sering digunakan pada kendaraan berskala menengah ke atas dengan
muatan yang besar, juga pada kendaraan yang dirancang untuk medan-medan
berat karena mampu menahan beban yang berat.
Tetapi, kekurangannya adalah kurang nyaman untuk penumpang karena
goncangan atau kejutan dari salah satu roda akan diteruskan ke roda
lainnya. Pada suspensi rigid pada umumnya menggunakan tipe poros memikul
dimana poros roda diletakkan di dalam axle housing yang dipasangkan
berkaitan melalui bantalan.
Sistem penopang atau poros pemikul Axel Shaft
Berdasarkan sistem penopang atau poros pemikulnya, poros penggerak roda
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: full floating, threequarter fiooting
dan semi-floating. Nama tipe poros tersebut mencerminkan kebebasan poros
untuk tidak menyangga beban kendaraan. Full floating berarti poros
sepenuhnya tidak menyangga beban kendaraan, three-quarter floating berarti
3/4 beban kendaraan tidak ditumpu oleh poros atau poros hanya menyangga
1/4 beban kendaraan, dan tipe semi floating berarti poros hanya menumpu ½
beban kendaraan.
1) Poros roda tipe full floating
Poros penggerak roda tipe full floating merupakan poros yang sepenuhnya
tidak menumpu beban kendaraan. Pada tipe ini bantalan-bantalan dipasangkan
di antara housing dan wheel hub, sedangkan roda dipasangkan pada hub.
Beban kendaraan sepenuhnya ditumpu oleh axle housing, sedangkan poros roda
tidak memikul beban, tetapi hanya berfungsi menggerakkan roda.
Gambar 6.6 Poros roda tipe full floating
|
Model ini sangat bagus untuk kendaraan berbeban berat. Keuntungan
penggunaan poros roda tipe full floating adafah berat kendaraan seluruhnya
dipikul oleh axle housing, sehingga axle housing tidak menjadi bengkok,
gaya ke samping juga tidak diteruskan ke axle shaft, faktor keamanan lebih
baik, dan mampu memikul beban berat. Sedangkan kerugiannya adalah biaya
yang dikeluarkan cukup mahal.
2) Poros roda tipe three-quarter floating
Poros penggerak roda tipe three-quarter floating merupakan poros yang
konstruksinya 3/4 beban kendaraan tidak ditumpu oleh poros atau poros
hanya menyangga 1/4 beban kendaraan. Pada tipe three quarter floating,
hanya dipasangkan sebuah bantalan di antara axle housing dan wheel hub,
sehingga secara tidak langsung axle shaft ikut memikul beban kendaraan.
Roda dipasangkan langsung pada poros roda. Hampir seluruh beban ditumpu
oleh housing.
Gambar 6.7 Poros roda tipe three-quarter floating |
3) Poros roda tipe semi floating
Poros penggerak roda tipe semi floating merupakan poros yang konstruksinya
1/2 beban kendaraan ditumpu oleh poros. Tipe semi floating banyak dipakai
pada kendaraan ringan. Hampir seluruh beban kendaraan dipikul oleh axle
shaft, demikian juga gaya lateral (lateral force) pada saat kendaraan
membelok.
Gambar 6.8 Poros roda tipe semi floating
|
Bantalan dipasangkan diantara axle housing dan axle shaft, sedangkan roda
dipasangkan langsung pada ujung poros roda. Jenis ini biasa digunakan pada
kendaraan jenis sedan, station wagon, dan jeep. Keuntungan penggunaan
poros roda tipe semi floating adalah konstruksinya sederhana dan biayanya
murah. Sedangkan, kerugiannya adalah poros roda menjadi bengkok akibat
berat kendaraan langsung dipikul oleh poros dan jika poros roda patah maka
tidak ada yang menahan roda dan beban kendaraan.
B. Perawatan Berkala pada Poros Penggerak Roda
Perawatan berkala perlu dilakukan pada sistem penggerak roda kendaraan.
PemeriksΔ
an dilakukan untuk mengetahui adanya kerusakan dan penyebab
kerusakan pada poros roda. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara berkala
dan rutin untuk mencegah kerusakan yang lebih banyak. Peran poros roda
sangatlah penting untuk pengoperasian mobil. Poros roda menghubungkan
transmisi ke roda-roda penggerak mobil. Ketika pengemudi menginjak pedal
gas, roda gigi transmisi akan memutar poros penggerak roda, yang kemudian
memutar roda. Kerusakan pada poros roda mengakibatkan roda tidak akan
berputar karena stimulasi perintah perubahan gigi tidak tersampaikan.
Akibatnya mobil tidak akan
dapat digunakan.
Pada saat melaksanakan servis besar pada kendaraan (servisberkala
kelipatan 40.000 km). Mekanik akan memeriksa poros penggerak roda secara
visual. Kerusakan.yang paling sering terjadi pada poros penggerak roda
depan adalah boot CV joint yang bocor dan mengeluarkan gemuk atau grease
di dekat roda. Grease yang keluar ini menyebabkan CV joint menjadi tidak
terlumasi dengan baik sehingga seluruh sistem drive shaft menjadi aus dan
rusak. Selain itu, kerusakan pada poros roda adalah adanya bunyi "klik"
saat setir diputar.
Bunyi tersebut dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada poros penggerak
roda.
Gambar 6.10 Kerusakan poros roda menyebabkan roda menggelinding keluar
dari sasis kendaraan.
Hal yang perlu diperhatikan saat melaksanakan pemeriksaan pada poros
penggerak roda adalah sebagai berikut.
- Kendaraan mempunyai lebih dari satu poros roda, namun jika terjadi kerusakan pada salah satu poros roda, gantilah poros roda yang rusak tersebut. Sehingga, kita tidak perlu mengganti seluruh poros penggerak roda.
- Jika salah satu komponen poros penggerak roda rusak, maka sebaiknya seluruh poros penggerak roda diganti dengan yang baru.
- Kerusakan pada poros roda bukan kerusakan biasa yang dapat dikerjakan sendiri. Perbaikannya membutuhkan tenaga ahli karena berhubungan erat dengan transmisi.
Gejala yang menunjukkan kerusakan pada poros penggerak roda, antara lain
sebagai berikut.
- Terdengar bunyi dari bagian depan atau belakang mobil saat belok, bunyi dapat berupa seperti besi yang dipukul, suara berdetak, ataupun sekedar suara bising.
- Mobil bergetar secara intens saat dikendarai. Bunyi ini berasal dari bagian bawah mobil. Getaran ini dapat mempengaruhi kinerja komponen mobil lainnya.
Secara umum perawatan atau servis poros roda jarang atau sedikit
dilakukan karena sederhana dan sedikitnya komponen dari poros roda.
Pemeriksaan pencegahan dilaksanakan secara berkala dan rutin untuk
memeriksa kondisi komponen dan kerjanya. Sedangkan untuk memastikan
penyebab, biasanya terdapat gejala awal, sehingga harus betul-betul
cermat dan perlu analisis kasus dan perlu pemeriksaan komponen dengan
urutan yang tepat dan benar. Pemeriksaan pada poros roda, antara lain:
pemeriksaan secara visual terhadap kondisi poros roda, pemeriksaan
pelumasanjoint (boot dan grease) pada velocity joint (CVjoint),
pemeriksaan kelurusan/kebengkokan dan keseimbangan poros, pemeriksaan
kekocakan/keausan joint, keausan/kekocakan alur-alur poros terhadap
alur hub roda maupun alur side gear serta keausan atau kerusakan
bantalan.
Gambar 6.11 Pemeriksaan gerak bebas aksial poros roda belakang |
Pada umumnya poros penggerak roda suspensi rigid pada kendaraan ringan
adalah jenis semi floating. Sebelum melakukan pembongkaran lakukan
pemeriksaan awal dengan langkah-angkah sebagai berikut:
- Kendorkan mur roda.
- Dongkrak mobil dan tumpu dengan jack stand.
- Lepas roda dan tromol.
- Pemeriksaan kebebasan arah aksial dengan menggunakan dial indikator seperti pada gambar. Kebebasan maksimal adalah 1 mm.
Jika kebebasan terlalu besar ganti bantalan. Kebebasan bantalan yang
terlalu besar akan menyebabkan terdengar suara gemuruh pada saat mobil
berjalan. Apabila bantalan roda rusak tidak segera diganti dapat
menyebabkan bahaya terhadap pengereman, bantalan roda bisa pecah atau
terbakar, dan boros pemakaian bahan bakar.
Langkah pembongkaran dan pemeriksaan pada poros roda, antara
lain:
- Kendorkan mur roda.
- Angkat mobil dengan dongkrak dan tumpu dengan jack stand.
- Lepas roda dan tromol rem.
- Lepas baut pengikat backing plat dan pipa rem menggunakan SST.
- Dengan menggunakan SST lepas poros aksel belakang, hati-hati jangan sampai merusak perapat.oli.
- Lepas gasket poros belakang.
- Periksa bantalan atau bearing terhadap keausan atau kerusakan, bila bantalan aus atau rusak gantilah dengan yang baru. Lepas dengan SST bantalan dengan menggerinda penahan dalam, dengan menggunakan pahat dan palu potong penahan dan kepastian dari poros. Lepas bantalan dari poros dengan SST atau press hidrolik.
Gambar 6.13 Melepas bantalan dengan Press Hidrolik
|
- Pemeriksaan seal oli pada bagian yang berhubungan dengan poros, bila masih runcing berarti baik, bila sudah rata berarti aus, ganti seal oli dengan yang baru bila sudah aus. Kerusakan seal oli dapat menyebabkan kebocoran oli differensial/gardan yang ditandai dengan keluarnya oli sekitar backing plat. Ganti seal oli dengan melepasnya dengan SST.
Gambar 6.14 Memeriksa kebengkokan poros |
- Periksa alur poros roda belakang dari kemungkinan aus, retak atau puntiran. Periksa poros roda belakang pada bagian dudukan penahan dalam dan bantalan dari kemungkinan keausan. Periksa poros roda belakang dari kebengkokan dan keolengan pada flensnya dengan menggunakan dial indikator. Kebengkokan/kelengkungan poros maksimum 1,5 mm dan keolengan flens maksimum 0,1 mm. Pemasangan kembali dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
- Menggunakan SST dan pres hydrolik pasang penahan bantalan luar dan bantalan/bearing baru.
- Panaskan penahan bantalan dalam hingga kurang lebih 150°C di dalam oli pemanas.
- Menggunakan SST dan preshydrolik pasang penahan bantalan dalam saat masih panas.
- Menggunakan SST pasang oli seal yang telah diolesi gemuk pada kedalaman 6 mm.
- Pasang poros penggerak roda pada housing axle beserta kelengkapannya yang telah diolesi perapat.
- Pasang dan kencangkan baut pengikat backing plat dengan momen pengencangan 670 kg.cm.
- Pasang kembali pipa rem.
- Pasang tromol rem.
- Lakukan pembuangan udara pada sistem rem.
- Pasang roda kemudian turunkan mobil dan kencangkan baut-baut roda. Pada saat memasukan poros roda belakang lakukan dengan hati-hati jangan sampai merusak oli seal maupun deflektor oli yang terdapat di dalam housing axle.
Permasalahan
- Sebuah mobil sedang melaksanakan servis besar di bengkel mobil. Mekanik bengkel tersebut melaksanakan pemeriksaan pada bagian bawah kendaraan. Hasil pemeriksaannya terdapat tumpahan gemuk pada roda-roda depan kendaraan. Analisislah penyebab adanya gemuk pada bagian roda kendaraan.
- Sebuah mobil sedang melaju di jalan dan terdengar suara gemuruh dari dalam mobil. Setelah dilihat, ternyata ada kerusakan pada bantalan poros roda. Apakah akibat yang terjadi apabila bantalan poros roda rusak?
Penyelesaian
- Salah satu tanda kerusakan pada poros roda adalah adanya gemuk pada roda-roda kendaraan. Penyebab adanya gemuk ini adalah kebocoran pada boot CV joint. Untuk memperbaikinya, mekanik harus mengganti komponen tersebut.
- Kerusakan bantalan poros roda dapat menyebabkan bahaya terhadap pengereman, bantalan roda bisa pecah atau terbakar, dan boros pemakaian bahan bakar.
Demikian pembahasan materi menerapkan cara perawatan poros penggerak roda belakang (axel shaft) pada kendaraan ringan, komponen, cara kerja,
jenis-jenin joint yang bisa kami paparkan. Semoga bermanfaat bagii
sobat.